Translate

Blog Archive

Cari Blog Ini

e-Compusoft Online English Training

Sabtu, 13 Februari 2010

Diktat Inovasi Pendidikan

BAB I

KONSEP DASAR INOVASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Diskoveri (Discoveria), Invensi (Invetion) Dan Inovasi (Innovation)

Kata’’ inovation’’(bahasa indonesia) sering diterjemahkan segala hal yang baru atau pembaharuan ( s. wojowosito,1972) tetapi ada yang menjadikan kata inovation menjadi kata indonesia. inovasi kadang-kadang juga di pakai untuk menyatakan temuan karena hal hal baru penemuan.

‘’Discovery’’,’’Invention” dan “Innovation ‘’dapat di artikan dalam bahasa indonesia penemuan , maksud ketiga kata tersebut mengandung arti di temukan ya sesuatu yang baru baik sebenarya barang itu sendiri sudah ada lama kemudian baru di ketahui atau memang benar-benar baru dalam arti sebenarya tidak ada.

Discoveri (discovery) adalah suatu penemuan sesuatu yang sebenarya benda atau hal yang ditemukan itu sudah ada,tetapi belum di ketahui orang .misalya penemuan benua amerika.sebenarya benua amerika sudah lama ada tetapi baru di temukan oleh columbus pada tahun 1492, maka di katakan columbus menemukan benua amerika artiya orang eropa yang pertama kali menjumpai benua amerika .(donald p,ely,1982 seminar on education chage)

Invensi (invention) adalah suatu penemuan suatu yang benar-benar berarti hasil kreasi manusia .benda atau hal yang di temukan itu benar-benar sebelumya belum ada kemudian di adakan hasil kreasi baru misalnya penemuan teori belajar , teori pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaian dan sebagainya

Inovasi (innovation) ialah suatu ide barang, kejadian, metode yang di rasakan atau di amati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) industri yang sudah modern di antara tanda – tanda masyarakat baik itu berupa hasil invensi maupun discoveri. Inovasi di adakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan masalah tertentu.

Discovery adalah penyingkapan tentang suatu sifat baru dari suatu material atau benda yang sudah dikenal atau sebelumnya sudah ada secara alami.

Invensi (Invention) adalah penemuan berupa ide yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi, yang dapat berupa proses atau hasil produksi atau penyempurnaan dan pengembangan proses atau hasil produksi. Invensi dapat dipatenkan, sedangkan discovery tidak. Inovasi : “proses” dan/atau “hasil” pengembangan atau pemanfaatan/mobilisasi pengetahuan, keterampilan dan pengalaman untuk menciptakan (memperbaiki) produk (barang dan/atau jasa), proses, dan/atau sistem yang baru yang memberikan nilai (terutama ekonomi dan sosial) yang berarti (signifikan).

B. Inovasi dan Moderenisasi

Moderenisasi adalah proses perubahan sosial dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang lebih maju di antara tanda-tanda masyarakat yang sudah maju (moderen) ialah di bidang ekonomi telah makmur ,bidang politik sudah stabil,terpenuhiya pelayanan kebutuhan pendidikan dan kesehatan. Inkelas mengemukakan secara detail tentang cirri-ciri manusia moderen ,berdasarkan penelitian pada masyarakat industri yang sudah maju ada 12 aspek yang menjadi tanda (krateristik) manusia moderen ,yaitu :

1. Bersifat terbuka terhadap pengalaman baru artiya jika menghadapi tawaran atau ajakan hal-hal yang baru yang lebih menguntungkan untuk kehidupan akan selalu mau memikirkan dan kemudian mau menerimaya tidak menuntut diri terhadap perubahan

2. Selalu siap menghadapi perubahan sosial, artiya siap untuk menerima perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat

3. Berpandangan yang luas artiya pendapat-pendapat tidak hanya berdasarkan apa yang ada pada diriya tetapi mau menerima pendapat yang datang dari luar diriya serta serta dapat memahami adaya perbedaan pandangan dengan orang lain

4. Mempuyai dorongan ingin tau yang kuat artinya setiap ada sesuatu hal yang baru membuat ingin mengetahui hal tersebut

5. Manusia yang moderen lebih beorentasi pada masa sekarang dan masa yang akan datangdari pada masa lampau

6. Manusia moderen berorientasi dan juga percaya pada hasil penghitungan baik jangka panjang maupun jangka pendek

7. Manusia moderen lebih percaya pada hasil perhitungan manusia dan pemikiran manusia dari pada takdir atau pembawaan.

8. Manusia moderen menghargai keterampilan teknik dan juga menggunakan sebagai dasar pemberian imbalan.

9. Wawasan pendidikan dan pekerjaan artinya manusia modern cenderung memiliki tingkat pendidikan yang cukup tinggi serta mempunyai pekerjaan yang jelas.

10. Manusia moderen menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain terutama orang yang lemah.

11. Memahami perluya produksi

Inovasi menekankan pada ciri adaya sesuatu yang di amati sebagai sesuatu yang baru pada individu atau masyarakat ,sedangkan moderelisasi menekankan pada adanya proses perubahan dari tradisional ke moderen atau yang dari yang belum maju ke yang sudah maju.

C. Krateristik Inovasi

Roger mengemukakan krateristik inovasi yang dapat mempengaruhi cepat lambatya penerimaan inovasi ,sebagai berikut : (Everett M,Rogers,1983,hal.14-16)

1. Keuntungan relatif yaitu sejauh mana inovasi di anggap menguntungkan bagi penerimanya

2. Kompatibel (compability) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (value) pengalaman lalu dan kebutuhan dari penerimanya

3. Kompleksitas (complexity) ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan mengunakan inovasi bagi penerimaya

4. Trialabilitas (trialability) ialah dapat di coba atau tidaknya inovasi oleh penerima

5. Dapat di amati (observability) ialah mudah tidakya di amati suatu hasil inovasi

Zaltman ,ductan dan holbek mengemukakan bahwa cepat lambat diterimanya inovasi di pengaruhi atribut sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari berbagai macam atribut, adapun atribut inovasi yang di kemukakan oleh zatman yaitu:

a. Pembiayaan (cost)

Cepat lambatya penerimaan inovasi akan di pengaruhi oleh pembiayaan pada awal (pengadaan) maupun pembiayaan untuk pembinaan

b. Balik modal (returns to investment)

Atribut ini haya ada pada inovasi di bidang perusahaan atau industry

c. Efesiensi

Menggunakan waktu yang relative singkat

d. Resiko dan ketidak pastian

Artinya harus siap menerima segala resiko baik diterima maupun ditolak

e. Mudah di komunikasikan

Setiap inovasi haruslah mudah dikomunikasikan sehingga mudah diterima dengan baik oleh masyarakat luas.

f. Kompabilitas

Yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (value) pengalaman lalu dan kebutuhan dari penerimanya

g. Kompeksitas

Yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan mengunakan inovasi bagi penerimanya.

h. Status ilmiah

Artinya telah teruji secara ilmiah

i. Kadar keaslian

Yaitu tingkat keaslian suatu inovasi

j. Dapat di lihat kemanpaatanya

Yaitu seberapa besar manfaat keberadaan inovasi tersebut

k. Dapat dilihat batas sebelumya

Yaitu dapat diperbandingkan dengan bentuk perkembangan pengaruh inovasi, dari sebelum inovasi itu ada dengan saat inovasi itu diberlakukan.

l. Keterlibatan

Yaitu tingkat keterlibatan komponen – komponen yang berpengaruh terhadap proses penerimaan inovasi tersebut.

m. Hubungan interpersonal

Yaitu hubungan antar sesama personal yang tergabung dalam proses inovasi tersebut

n. Kepentingan umum

Yaitu seberapa besar pengaruh inovasi tersebut bagi kepentingan umum

o. Peyuluh inovasi

Yaitu tingkat keahlian yang dimiliki penyuluh inovasi.

D. Pengertian Inovasi Pendidikan

Inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang, metode yang di rasakan atau di amati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang ( masyarakat) baik berupa hasil invensi atau discovery yang di gunakan untuk mencapai tujuan pendidikan untuk memecahkan masalah pendidikan

Berikut ini contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan atau komponen sistem sosial sesuai dengan pola yang di kemukakan oleh B.miles ,dengan perubahan isi sesuai dengan perkembangan pendidikan dewasa ini:

1. Pembiayaan personalia

Yaitu menambah suntikan pembiayaan personalia sehingga lebih efektif

2. Banyaknya personal dan wilayah kerja

Yaitu menambah personal dan wilayah kerja dalam rangka mensukseskan diberlakukannya inovasi tersebut

3. Fasilitas fisik

Yaitu menambah fasilitas fisik yang mendukung berlangsungnya inovasi

4. Penggunaan waktu

Yaitu menambah efisiensi waktu

5. Perumusan tujuan

Yaitu mengubah struktur tujuan untuk lebih terperinci dan lebih mendalam

6. Prosedur

Yaitu Membuat proseduran yang lebih terperinci

7. Peran yang di perlukan

Yaitu Menambah beberapa peran yang diperlukan

8. Wawasan dan perasaaan

Yaitu menambah wawasan dengan tidak mengabaikan perasaan

9. Bentuk hubungan antar (mekanisme kerja)

Yaitu membangun hubungan yang lebih baik sehingga mekanisme kerja berjalan dengan lancer.

10. Hubungan dengan sistem lainya

Yaitu memperhitungkan hubungan dengan sistem lainnya sehingga tidak mempengaruhi komponen – komponen yang ada

11. Strategi

Yaitu Mengatur strategi yang matang dengan langkah – langkah sebagai berikut:

a. Desain

Membuat desain yang lebih baik

b. Kesadaran dan perhatian

Memperhatikan aspek kesadaran dan perhatian

c. Evaluasi

Mengevaluasi secara rutin inovasi yang ada sehingga kelemahan yang ada dapat segera diantisipasi

d. Percobaan

Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual or other unit of adoption. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genius dari change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang. Contoh bidangnya adalah :

1. Managerial

Yaitu bidang pengaturan atau pengelolaan

2. Teknologi

Yaitu bidang yang mencakup alat – alat yang mempermudah suatu proses

3. Kurikulum

Yaitu Kajian isi, bahan, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan sesuatu hal

Aspek pokok yang mempengaruhi inovasi adalah :

1. Struktur

Yaitu semua komponen yang ada dalam inovasi tersebut

2. Prosedur

Yaitu langkah – langkah yang bersangkutan dengan inovasi tersebut.

3. Personal

Yaitu orang – orang yang terlibat dalam inovasi tersebut

Inovasi yang berbentuk metode dapat berdampak pada perbaikan, meningkatkan kualitas pendidikan serta sebagai alat atau cara baru dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kegiatan pendidikan. Dengan demikian metode baru atau cara baru dalam melaksanakan metode yang ada seperti dalam proses pembelajaran dapat menjadi suatu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Sementara itu inovasi dalam teknologi juga perlu diperhatikan mengingat banyak hasil-hasil teknologi yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan, seperti penggunaannya untuk teknologi pembelajaran, prosedur supervise serta pengelolaan informasi pendidikan yang dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan pendidikan.

Praktisi Pendidikan dapat dikelompokan ke dalam :

1. Administrator

Administrator merupakan komponen yang menunjang proses administrasi pendidikan.

2. Teacher

Dalam hal penerimaan atau sikap terhadap perubahan dua kelompok ini mempunyai pandangan dan sikap yang tidak selalu sama, karena peran yang dimainkan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan berbeda dan lingkungan kerja yang sering dijalani masing-masing juga berbeda

Menurut Ernest R House, dalam pendidikan Administrator (Kepala dan Pengawas lebih mudah menerima inovasi disbanding guru karena :

1. Sosial interaction inhibit diffusion across professional boundaries

2. Teacher remain isolated in classroom which does not enhance the diffusion of new idea within the profession

3. Never adopt innovation as a whole, only bits and pieces

4. Passive adopter

Dalam konteks Indonesia, inovasi pendidikan umumnya merupakan suatu gerakan yang bersifat top down,dalam arti inisiatif dalam melakukan inovasi selalu dating dari pihak pemerintah.

Suatu inovasi tidak begitu saja dapat diterima. Perubahan-perubahan yang dibawa inovasi memerlukan persiapan dan waktu yang panjang, Kecepatan pelaksanaannya tergantung pada kondisi sekolah dan kesiapan para pelaksana (Hasan, 1995), Cepat atau lambatnya suatu inovasi diterima oleh masyarakat atau sekolah tergantung pada karakteristik inovasi tersebut Menurut Everett M. Rogers (1983), ada lima karakteristik suatu inovasi agar dapat diterima, yaitu:

1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur dari nilai ekonomi, kepuasan, dan status sosial, atau karena mempunyai komponen yang sangat penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.

2. Kompatibel, yaitu tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai, pengalaman masa lampau, dan kebutuhan penerima.

3. Kompleksitas, yaitu tingkat kesukaran untuk memahami dan menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar dipergunakan akan lambat proses penyebarannya.

4. Triabilitas, yaitu dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.

5. Observabilitas, yaitu mudah tidaknya diamati suatu inovasi.

Discovery adalah penemuan2 yang tidak disengaja / disengaja untuk kepentingan umat manusia tapi masyarakat belum menerima secara luas dan masih mendapat tentangan dari banyak pihak tentang dampak positif dan negatif dari penemuan tersebut terhadap kehidupan masyarakat, ini terjadi karena pemikiran masyarakat tidak sampai ke situ atau masyarakat tidak sedang membutuhkan penemuan tersebut sekarang jadi ditolak.

BAB II

DIFUSI INOVASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Difusi Dan Diseminasi

Konsep dasar difusi inovasi yaitu suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Dalam difusi suatu inovasi, mesti ada inovasinya itu sendiri apa, melalui saluran komunikasi apa saja inovasi tersebut diperkenalkan, kepada siapa, dalam jangka waktu tertentu..

Difusi adalah proses komunikasi inovasi antara warga masyarakat (anggota system sosial), dengan menggunakan saluran tertentu dan dalam waktu tertentu. Komunikasi dalam definisi ini di tekankan dalam arti, terjadinya saling tukar informasi (hubungan timbal balik), antar beberapa individu baik secara memusat (konvergen ) maupun memencar ( divergen), yang berlangsung secara spontan.

Jadi difusi dapat juga merupakan salah satu tipe komunikasi, yakni komunikasi yang mempunyai ciri pokok, pesan yang di komunikasikan adalah hal yang baru( inovasi)

Rogers membedakan antara sistem difusi sentralisasi dan system difusi desentralisasi. Dalam system difusi sentralisasi, peraturan tentang berbagai hal seperti: kapan dimulainya difusi inovasi, dengan saluran apa, siapa yang akan menilai hasilnya (dilakukan oleh sekelompak kecil orang tertentu atau pimpinan agen pembaharu. Sedangkan dalam sistem difusi desentralisasi, penentuan itu dilakukan oleh klien (warga masyarakat) bekerja sama dengan beberapa orang yang telah menerima inovasi.

Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang direncanakan, diarahkan dan dikelolah. Jadi kalau difusi terjadi secara sepontan, maka diseminasi dengan perencanaan.

B. Elemen Difusi Inovasi

Rogers mengemukakan ada 4 elemen pokok difusi inovasi, yaitu:

1. Inovasi

Inovasi adalah suatu ide, barang, kejadian, metode yang diamati sebagai suatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang. Baru disini diartikan sesuatu yang mengandung ketidak tentuan, sesuatu yang masih mengandung berbagai alternatif. Dengan adanya informasi yang diterima seseorang akan mengurangi ketidak tentuan tersebut, artinya makin jelas apa dan bagaimana hal yang baru itu.

2. Komunikasi dengan Saluran Tertentu

Komunikasi yaitu komunikasi yang menggunakan hal yang baru sebagai bahan informasi. Saluran komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan informasi dari seseoarang ke orang lain. Kondisi kedua pihak yang berkomunikasi akan mempengaruhi pemilihan atau penggunaan saluran yang tepat untuk mengefektifkan proses komunikasi. Misalnya saluran media masa seperti radio, televisi, surat kabar dan sebagainya tepat digunakan untuk menyampaikan informasi dari seseorang atau sekelompok orang kepada orang banyak (massa).

Biasanya media massa digunakan untuk menyampaikan informasi kepada audien dengan maksud agar audien (penerima informasi) mengetahui dan menyadari adanya inovasi. Proses komunikasi akan lebih efektif jika memenuhi prinsip homophily (kesamaan), dan sebaliknya akan kurang efektif jika heterophily. Kesukaran komunikasi yang disebabkan adanya hererophily dapat dikurangi dengan emphatic (emphaty). Kegiatan komunikasi dalam proses difusi mencakup hal- hal sebagai berikut : (1) suatu inovasi (2) Individu atau kelompok yang telah mengetahui dan berpengalaman dengan inovasi (3) individu atau kelompok yang lain yang belum mengenal inovasi, (4) saluran komunikasi yang menggabungkan antar kedua pihak tersebut.

3. Waktu

Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal sebagai berikut:

a. Proses kebutuhan inovasi

Yaitu seberapa lama inovasi itu dibutuhkan

b. Kepekaan seseorang terhadap inovasi.

Yaitu berapa lama waktu yang dibutuhkan seseorang dalam menanggapi inovasi tersebut

c. Kepekaan penerimaan inovasi.

Yaitu berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam penerimaan inovasi

4. Sistem Sosial (warga masyarakat)

Sistem sosial ialah hubungan (interaksi) antara individu atau unit dengan bekerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu. Contoh sistem sosial: petani di pedesaan, dosen dan pegawai di pergurua tinggi, kelompok dokter dirumah sakit, dan sebagainya. Semuan anggota sistem sosial berkerja sama untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan bersama.

Berikut ini akan dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan sistem sosial dan pengaruhnya terhadap proses difusi inovasi, dengan topik-topik: bagaimana bentuk sistem sosial mempengaruhi difusi, pengaruh norma dalam difusi, pengaruh pimpinan (pemuka) pendapat dan agen pembaharu, tipe keputusan inovasi, dan konsekuensi inovasi. Semua hal-hal tersebut, berperan dalam hubungan antara kesepakatan untuk bekerja sama mencapai suatu tujuan tertentu atau sistem sosial dengan proses difusi inovasi yang terjadi didalam sistem sosial.

a. Stuktur sosial dan difusi.

Struktur dalam hal ini diartikan sebagai pedoman peraturan unit dalam suatu sistem. Struktur sosial bukan hanya berlaku dalam organisasi formal tetapi juga dalam struktur informal, yaitu hubungan antara sesame warga masyarakat atau antara anggota sistem sosial secara informal, dengan ciri utama adanya kejelasan siapa berhubungan dengan siapa dan dalam situasi yang bagaimana. Misalnya dalam suatu sistem sosial timbul kelompok (beberapa orang) yang mengadakan ada beberapa orang yang bersahabat karena bersama-sama berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi bersama (klique).

b. Norma sistem sosial dan difusi.

Norma yang berlaku pada suatu sistem social merupakan pedoman tinggkah laku anggota system social yang ditaati. Norma yang berlaku pada suatu sistem sosial berpengaruh terhadap kecepatan penerimaan inovasi.

c. Pemuka pendapat dan agen pembaharu

Pemuka pendapat ialah orang yang mampu mempengaruhi orang – orang lain agar mengubah sikap atau tingkah lakunya secara informal, kearah sesuatu perubahan yang dikehendaki.

Agen pembeharu adalah seorang professional yang bertugas untuk mempengaruhi klien (sasaran inovasi), untuk mengambil keputusan mengikuti inovasi, sesuai dengan tujuan yang akan di capai oleh lembaga atau organisasi tempat agen pembaharu itu bekerja.

d. Tipe keputusan inovasi.

1) Keputusan inovasi opsional, yaitu pemilihan menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang telah ditentukan oleh individu ( seseorang) secara mandiri tanpa tergangtung atau terpengaruhi dorongan anggota system social yang lain.

2) Keputusan inovasi kolektif, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasarkan keputusan yang di buat secara bersama sama berdasarkan kespakatan antar anggota sistem sosial.

3) Keputusan inovasi otoritas, ialah pemilihan untuk menerima atau menolak inovasi, berdasrkan keputusan yang dibuat oleh seseorang atau kelompok orang yang mempunyai kedudukan, status, wewenang atau kemampuan yang lebih tinggi daripada anggota yang lain dalam suatu sistem sosial.

4) Keputusan inovasi kontingen (contingen) yaitu pemilihan meneriama atau menolak sesuatu inovasi, baru dapat dilakukan hanya setelah ada keputusan inovasi yang mendahului.

e. Konsekuensi inovasi.

Konsekuensi inovasi ialah perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai hasil dari penerimaan atau penolakan dari suatu inovasi. Konsekuensi inovasi dapat diklarisifikasikan menjadi tiga macam yaitu :

1) Konsekuensi yang bermanfaat dengan yang tidak bermanfaat, hal ini tergantung dari hasil inovasi di dalam sistem sosial itu fungsioanal atau tidak funsional.

2) Konsekuensi langsung dengan tidak langsung, tergantung dari perubahan yang terjadi pada individu atau sistem sosial berupa respon yang segera atau pertama terjadi terhadap iunovasi atau respon yang kedua,yang terjadi setelah adanya konsekuensi langsung.

3) Konsekuensi yang diharapkan dengan tidak diharapkan, tergantung dari bagaiman perubahan itu, diketaui dan direncanakan oleh anggota sistem sosial atau tidak.

BAB III

STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN

Strategi adalah suatu cara atau tehnik untuk meyebarkan inovasi, Dalam proses penyebaranyan inovasi ini tidaklah mudah untuk dilakukan secara cepat, tetapi akan menggunakan proses yang sangat rumit sehingga penyebaranyapun menggunakan sebuah setrategi. Dalam proses penginovasian akan lebih mudah diterapkan jika kita akan menggunakan sebuah tehnik-tehnik tertentu melalui setrategi yang akan digunakan. Dengan adanya setrategi maka hambatan-hambatan inovasi akan lebih mudah diatasi.

Salah satu faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksanaan program perubahan Sosial adalah ketepatan penggunaan strategi, tetapi memilih strategi yang tepat bukan pekerjaan yang mudah.

Ada empat macam strategi :

A. Strategi Fasilitatif

Pelaksanaan program perubahan sosial dengan menggunakqan strategi fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan perubahan sosial yang telah ditentukan, diutamakan penyediaan fasilitas dengan maksud agar program sosial akan berjalan dengan mudah dan lancar. Strategi fasilitatif akan dapat digunakan dengan tepat jika :

1. Mengenal masalah yang dihadapi serta menyadari perlunya mencari target perubahan.

2. Merasa perlu adanya perubahan.

3. Bersedia menerima bantuan dari luar dirinya.

4. Memiliki kemauan untuk berpartisipasi dalam usaha merubah atau memperbaiki dirinya.

B. Strategi Pendidikan.

Dengan strategi ini orang harus belajar lagi tentang sesuatu yang dilupakan yang sebenarnya telah dipelajarinya sebelum mempelajari tingkah laku atau sikap baru. Strategi pendidikan dapat berlangsung efektif, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut ini :

1. Digunakan untuk menanamkan prinsip-prinsip yang perlu dikuasai

2. Disertai dengan keterlibatan berbagai pihak, misalnya dengan adanya, sumbangan dana, donator, serta penunjang yang lain.

3. Digunakan untuk menjaga agar klien tidak menolak perubahan atau kembali ke keadaan sebelumnya.

Strategi pendidikan akan kurang efektif jika :

1. Tidak tersedia sumber yang cukup untuk menunjang kegiatan pendidikan.

2. Digunakan dengan tanpa dilengkapi strategi yang lain.

C. Strategi bujukan.

Strategi bujukan tepat digunakan bila klien tidak berpartisipasi dalam perubahan sosial. Berada pada tahap evaluasi atau legitimasi dalam proses pengambil keputusan untuk menerima atau menolak perubahan sosial. Strategi bujukan tepat jika masalah dianggap kurang penting atau jika cara pemecahan masaalah kurang efektif serta pelaksana program perubahan tidak memiliki alat control secara langsung terhadap klien.

D. Strategi Paksaan.

Strategi dengan cara memaksa klien untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang dipaksa merupakan bentuk dari hasil target yang diharapkan. Penggunaan strategi paksaan perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :

1. Partisipasi klien terhadap proses perubahan rendah.

2. Klien tidak merasa perlu untuk berubah.

Berikut ini akan diuraikan tentang bagaimana guru dan kepala sekolah yang akan mengadakan perubahan atau menerapkan inovasi.

A. Tujuan diadakannya inovasi perlu dimengerti dan diterima oleh guru, siswa serta orang tua dan juga masyarakat. Harus dikemukakan dengan jelas mengapa perlu ada inovasi.

B. Motivasi positif harus digunakan untuk memberikan rangsangan agar mau menerima inovasi. Motivasi dengan ancaman, dengan mengajak agar orang mengikuti yang dilakukan oleh orang lain atau dengan menasehati agar orang menghindari kegagalan, belum tentu dapat berhasil.

C. Harus diusahakan agar individu ikut berpartisipasi dalam mengambil keputusan inovasi. Guru, siswa, maupun ornag tua siswa, diberi kesempatan ikut berperan dalam mengambil keputusan menerima atau menolak inovasi.

D. Perlu direncanakan tentang evaluasi keberhasilan program inovasi. Kejelasan tujuan dan cara menilai keberhasilan penerapan inovasi, merupakan motivasi yang kuat untuk menyempurnakan pelaksanaan inovasi.

Ada beberapa srtategi pembaharuan untuk dipertimbangkan dalam rangka mencapai tujuan pembaharuan :

A. Strategi Empiris Rasional.

Asumsi dasar strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunnakan akal dan akan bertindak dengan cara-cara yang rasional. Oleh karena itu, tugas inovasi yang utama adalan mendemontrasikan pembaharuan tertentu melalui metode terbaiik yang sahih (valid) akan lebih memungkinkan pengopsianya bagi receiver.

Strategi ini didasarkan atas suatu pandangan yang optimistic, yang dapatditemikan diseluruh dunia barat, strategi ini merupakan dasar bagi praktek liberal dan riset empiris dan pendidikan umum.

Dalam pertimbangan strategi ini adalah seperti yang diketengahkan oleh benno dan chin.

1. Pemahaman dasar reserver terhadap pembaharuan riset dasar dan persebaran pengetahuan melalui pendidikan umum.

2. Pemilihan dan penempatan personal. Sering kali kesukaran dalam menjamin keberhasilan tugas pembaharuan.

3. Analisis sytem. Strategi ini adalah suatu strategi yang mendasar diri pada ilmunya.

4. Riset Terapan dan sytem-system nata rantai untuk defuse hasil-hasil riset. Strategi ini mendasarkan pada riset terapan dengan pencirian dasr pada suatupihak.

5. Pemikiran dalam utropis sebagai perubahan.

Pendekatan ini lahir dari studi tentang masa depan pendidikan seperti studi “Eropa tahun 2000”. Pada dasrnya pendekatan ini beralaskan pengetahuan masa sekarang, berusaha untuk “Meramal” masa depan. Dengan kata lain masa depan akan didasarkan atas trens dan tendensi yang dapat diopservasi sekarang ini.

Asumsi dar yang mendukung strategi Empiris rasional ialah bahwa riset itu “netral”dan”Objektif”. Cara (Model) riset ilmu social ini diambil dari ilmu-ilmu murni.

B. Strategi Normatif-Reedukatif

Strategi ini didasarkan atas tulisan-tulisan Sigmun Fleud, Jhon Devey, Kurt Lewin, dan lain-lain.dalam hal ini yang menjadi pusat kepentingan ialah persoalan mengenai bagaimana klien memahami permasalahanya. Masalah pembaharuan bukan perkara mengisi (supliying) sikap, skill, nilai-nilai, dan hubungan manusia. Pembaharuan sikap justru sama perlunya dengan perubahan produk-produk . menerima sistem nilai klien berarti mengurangi manipulasi dari luar. Pembaharuan dibatasi sehingga kekuatan yang bersifat mengaktifkan didalam system harus diubah.

Asumsi tentang motivasi ini berbeda dengan asumsi-asumsi yang mendasari sytrategi empiris rasional. Bennis, Bennen, dan Chin berkomentar tentang hal ini : “ strategi ini didasarkan atas asumsi bahwa motivasi manusia berbeda dengan setrtegiisetrategi yang mendasari sertategi empiris rasional, rasionalitas dan intelejensi manusia tidak dikesampingkan.

Norma sosial budaya didukung oleh sikap dan system nilai dari tiap-tiap individu, pandangan normative, yang menyokong komitmen-komitmen mereka. Perubahan-perubahan dalam orientasi normatif meliputi perubahan dalam sikap, nilai, skil, dan hubungan-hubungan yang berarti, tidak saja perubahan-perubahan dalam pengetahuan informasi atau alasan-alasan intelektual bagi perbuatan dan praktek.

Intelegensi lebih merupakan (noma) social ketimbang (norma) individu secara sempit. Perubahan bukan saja dalam kelengkapan yang menyangkut informasi yang rasional dari manusia, tertapi juga pada tingkat personal. Dalam kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai, seperti halnya pada tingkat social budaya merupakan perubahan-perubahan dalam struktur normative dalam aturan-aturan dan hubungan-hubungan yang diintitusialisasikan seperti halnya dalam orientasi-orientasi kognitif dan perceptual. Dalam setrategi normative-reedukatif, seorang agen merubah bekerja sama-sama dengan klienya.

Bennis, Bennen, dan Chin menekankan keterlibatan klien dalam pembaharuan. Hal ini didasarkan atas anggapan bahwa agen pengubahan mesti belajar bekerja secara bersekongkol de4ngan klien untuk memecahkan prolema-problema yang dihadapi klien itu. Unsure-unsur yang ada dibawah sadar (nonconcicus) mesti dibawa kedalam kesadaran dengan metode-metode serta konsep-konsep ilmu behjavioral.

Kedua kelompok strategi ini meliputi :

1. Pengembangan kemampuan memecahkan problema dari suatu sistem. Tekanannya disini adalah pada potensi sistem klien untuk mengembangkan struktur-struktur dari proses pemecahan masalah mereka.

2. Pelaksanaan serta pemeliharaan pertumbuhan didalam diri orang-orang yang menjalankan system itu untuk diubah. Disini tekananya adalah pola diri sendiri (person) sebagian unit dasar dari setiap organisasi sosial. Hal ini didasarkan atas keyakinan bahwa person akan sanggup melakukan perbuatan kreatif jika kondisi-kondisi dibuat menguntungkan.

Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak dipandang sebagi suatu hubungan antara ”pengetahuan” dan sesuatu (seseorang) yang akan berubah (seperti dalam strategi empiris-rasional). Sebaiknya, proses tersebut dipandang sebagi suatu dialog yang melibatkan seorang klien dan seorang “agen pengubah”.

Strategi-strategi normative-reedukatif yang didasarkan atas suatu pemahaman idealis akan amat memuaskan manusia dengan suatu asumsi optimistik akan kemungkinanan-kemungkinan (possibelitas) bagi perubahan yang penuh arti yang dimulai oleh individu dan melalui individu. Keefektifan setretegi ini antara lain:

a. Perubahan-perubahan mulai dengan individu dan sikapnya, dan bukan dengan stuktur sosial dapat dia hidup.

b. Seorang agen pengubah dapat bekerja dalam suatu valuc vakum.

c. Perubahan-perubahan dapat terjadi tanpa suatu perubahan dalam kekuasaan artau sesudah itu diikuti oleh perubahan dalam hubunga-hubungan kekuasaan diantara individu-individu dan kelompok-kelompok.

d. Dasar-dasar bagi perubhan yang berarti dalam consensus antara interest group yang berbeda dalam system itu.

1. Strategi Kebijakan Administratif

Kewajiban (imposition) kekuasaan ialah mengubah kondisi yang didalamnya orang lain dengan jalan membatasi alternative-alternatif atau dengan jalan menghasilkan konsekuensi – konsekuensi dari tindakan mereka.

Tentang pendekatan ini Bennis, Bennen, dan Chin mengatakan: pendekatan kebijakan administrative bukanlah pengguna kekuasaan dalam pengertian pengaruh oleh satu orang, atas orang lain atau satu kelompok atas kelompok lain, yang membedakan satu keluarga setrategi ini dari setrategi-setrategi yang sudah didiskusikan kekuasaan dalam pemahaman ini merupakan suatu bahan (ingredient) dari seluruh tindak manusia. Mereka cenderung melihat perbedaan setrategi-setrategi dalam unsure kekuasaan tempat strategi – strategi perubahan itu tergantung dan cara-cara kekuasaan dibentuk dan dipakai dalam proses perubahan.

Lebih jauh Bennis, Bennen, dan Chin menegaskan, setretegi empiris rasional juga tergantung pada kekuasaan potensial dirinya sendiri. Arus informasi dating dari orang yang memberitahu kepada orang yang belum tahu. Strategi normative reedukatif tidak menolak pentingnya pengetahuan sebagai sumber kekuasaaan. Akan tetapi pada umumnya setrategi kebijakan administrative menekankan kekuasaaan politik legal administrative dan ekonomis sebagai suatu sumber utama dari seluruh kekuasaan.

Lebih spesifik lagi Bennis, Bennen, dan Chin mengetengahkan sub setrategi sebagai berikut :

a. Setrategi tanpa kekerasan (Non Violence Setrategi).

Setrategi ini dikembangkan oleh mahasiswa – mahasiswa, dan telah dipakai oleh sekolah-sekolah sebagi salah satu setrategi utama untuk mengubah kondisi – kondisi.

b. Gunakan lembaga-lembaga politik untuk mencapai perubahan-perubahan dalam pendidikan, kekuasaan politik merupakan peristiwa yang sangat sering kita temukan, khususnya bila pendapat-pendapat (suara) mayoritas telah digunakan untuk memperkenalkan perubahan-perubahan dalam system.

c. Perubahan melalui rekomendasi dan manipulasi elit-elit kekuasaan

Pembaharuan tidak dapat dicapai melalui konsensus, tetapi akan selalu dicapai melaui konflik-konflik dan redistribusi kekuasaan.

2. Strategi Gabungan Politik

Dalam pendidikan, setrategi yang bersifat memaksa telah digunakan untuk beberapa tujuan pengguna prosedur-prosedur pemilihan, baik untuk para guru maupun untuk para siswa. Yang dapat dipandang sebagi satu strategi administratif. Sistem ganjaran (pemberian pujian atau hadiah) dah hukuman bagi para guru juga bagi siswa merupakan variasi lain dari strategi semacam ini.

C. Strategi Kebijakan Administratif dan Strategi Gabungan Politik Administratif

1. Strategi Kebijakan Administratif

a. Menurut Bennis, Bennen, dan Chin mengatakan :

“Pendekatan kebijakan administrative bukanlah pengguna kekuasaan dalam pengertian pengaruh oleh satu orang atas orang lain atau oleh satu kelompok lain, yang membedakan keluarga setrategi ini dan setratyegi yang sudah didiskusikan.

b. Bennis, Bennen, dan Chin mengetengahkan sub setrategi

1) Strategi tanpa kekerasan (Non Violence Setrategi).

Ini dikembangkan oleh mahasiswa-mahasiswa yang telah dipakai oleh sekolah-sekolah sebagai salah satu setyrategi utama untuk mengubah kondisi-kondisi.

2) Gunakan lembaga-lembaga politik untuk mencapai perubahan dalam pendidikan.

3) Perubahan melalui rekomentasi dan maniulasi elit-elit kekuasaan.

2. Strategi Gabungan Politik Administratif

Dalam pendidikan, setrtegi yang bersifat memaksa telah digunakan untuk beberapa tujuan penggunaan prosedur-prosedur pemilihan, baik untuk para guru maupun untuk para siswa, yang dipandang sebagi sebagi satu setrategi administratif.

Adapun satu perbedaan yang jelas antara setrategi politik administrative dan setrategi yang digambarkan diatas. Perbedaan-perbedaan ideology dan nilai-nilai interest group telah diperlibatkan melalui kekuasaan yang terbukan.

BAB IV

PROSES KEPUTUSAN INOVASI PENDIDIKAN

A. Pengertian Proses Keputusan Inovasi

Proses keputusan inovasi adalah proses yang dilalui (dialami) oleh individu (unit pengambil keputusan yang lain) mulai dari pertama kali tahu adanya inovasi kemudian dilanjutkan dengan keputusan sikap terhadap inovasi, penetapan menerima atau menolak inovasi. Implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan iovasi yang telah diambil. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasai dapat menilai gagasan yang baru itu. Ciri pokok keputusan inovasi perbedaanya dengan tipe keputusan yang laian ialah dimulai dengan adanya ketidak tentuan (uncertainly)tentang suatu inovasi.

B. Model Proses Keputusan Inovasi

1. Tahap pengetahuan (knowladle), tahap ini berlangsung bia seseorang atau unit pengambil keputusan yang lain membuka diri tehadap adanya suatu inovasi serta ingain mengetahui bagaimana fungsi inovasi tersebut.

2. Tahap bujukan (persuasion), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit pengambil keputusan yang lain mulai membentuk sikap menyenangi terhadap inovasi.

3. Tahap keputusan (decision), tahap ini berlangsung ketika seseoarng atau unit pengambilan keputusan yang lain melakukan aktivitas yang mengarah ke penetanpan untuk menerima atau menolak inovasi.

4. Tahap implemntasi (implemenntasion) , tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit pengambilan keputusan yang lain, menerpakan atau menggunakan inovasi.

5. Tahap konfirmasi (confirmation), tahap ini berlangsung ketika seseorang atau unit pengambilan keputusan yanglain, mencari penguatan terhadap keputusan inovasi yang telah dibuatnya. Pengambil keputusan dapat menarik kembali keputusannya jika ternyata diperolah informasi tentang inovasi yang bertentangan dengan informasi yang dierima terdahulu.


C. Saluran Komunikasi

Keadaan sebelumnya:

1. Pengalaman

2. kebutuhan, masalah

3. kepekaan inovasi

4. norma sosial.

Right Arrow: KONFIRMASI
Right Arrow: BUJUKAN Right Arrow: KEPUTUSAN
Right Arrow: PENGETAHUAN Right Arrow: PENERAPAN

Karakteristik pengambilan

  1. sosial ekonomi
  2. kemampuan
  3. kemampuan komunikatif

karakteristik inovasi yang diambil

  1. keuntungan relatif
  2. kompabilitas
  3. kompleksitas
  4. tribilitas
  5. obsevabilitas


Bagan 1. Tahap – Tahap Proses Keputusan Inovasi (Roger, 1982. hal. 165)


D. Lima Tahap Proses Keputusan Inovasi

1. Tahap Pengetahuan

Prose keputusan inovasi dimulai dengan tahap pengetahuan, yaitu tahap pada saat menyadari adanya suatu inovasi dan ingin tahu bagaiman fungsi inovasi tersebut. Seseorang menyadari perlunya mengetahui inovasi biasanya tentu berdasarkan pengamatan tentang inovasi sesuai dengan kebutuhannya, minatnya atau mungkin juga kepercayaannya. Seperti contoh guru, ingin tahu metode baru berhitung karena ia memerlukannya.

Pada permulaannya ingin tahu tentang apa, mengapa dan bagaiman cara bekerjanya. Pada tahap persuasi biasanya ingin tahu lebih jauh lagi tentang bagaiman cara menggunakannya yang benar, syarat-syarat yang diperlukan dan sebagainya. Kemudian dapat berkembang lebih mendalam lagi yang ingin diketahui bagaiman prinsip-prinsip penggunaanya dlam hal ini adanya kaitan dengan dasar teorinya.

Berkat dengan pengetahuan tentang inovasi adanya generalisasi (prinsip-prinsip umum) tentang orang-orang yang lebih awal mengetahui tentang inovasi.

a. Orang lebih awal tahu tenang inovasi lebih tinggi status pendidikan daripada yang terakhir.

b. Orang lebih awal tahu tenang inovasi lebih tinggi stats sosial ekonominya dari pada yang terakhir.

c. Orang lebih awal tahu tenang inovasilebih terbuka terhadap komunikasi interpersonal, dari pada yang terakhir.

d. Orang lebih awal tahu tenang inovasi lebih terbuka terhadap media massa daripada yang terakhir.

e. Orang lebih awal tahu tenang inovasi lebih banyak kontak dengan agen pembaharu daripada yang akhir.

f. Orang lebih awal tahu tenang inovasi lebih banyak berpartisipasi dalam sistem sosial daripada yang kahir.

g. Orang lebih awal tahu tenang inovasi ebih kosmopolitan daripada yang akhir.

2. Tahap Bujukan (Persuasi)

hasil dari tahap persuasi yang utama ialah penetuan menyenangi atau tidak menyenangi inovasi. Misalnya seoarang guru tah tentang metode diskudi, tahu cara menggunakannya dan senang seandainya menggunakan, tetapi tidak pernah menggunakan karena beberapa faktor: tempat duduk tidak memungkinkan, jumlah siswanya terlalu besar, dan takut bahan pelajarannya tidak akan dapat disajikan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.

3. Tahap Keputusan.

Tahap keputusan dari proses keputusan inovasi, berlangsung jika seseorang melakukan kegiatan yang mengarah untuk menetapkan menerima atau menolak inovasi. Menrima inovasi berarti sepenuhya kan menerapkan inovasi. Menolak inovasi berarti tidak akan menerapkan inovasi.

Mencoba sebagian kecil lebih dahulu, baru kemudian dilanjutkan secara keseluruhan jika sudah berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun dua macam penolakan inovasi yaitu:

a) Penolakan aktif artinya penolakan inovasi setelah melalui proses mempertimbangkan untuk menerima inovasi atau mungkin sudah mencoba lebih dahulu, tetapi keputusan akhir menolak inovasi.

b) Penolakan pasif artinya penolakan inovasi dengan tanpa pertimbangan sama sekali.

4. Tahap Implementasi

Tahap implementasi dari proses keputusan inovasi terjadi apabila seseorang menerapkan inovasi. Dalam tahap implemntasi ini berlangsung keaktifan baik mental maupun perbuatan. Keputusan penerimaan gagasan ide baru dibuktikan dalam praktek. Pada umumnya implemntasi hasil keputusan inovasi. Tetai dapat juga terjadi karena sesuatu hal sudah memutuskan menerima inovasi tidak diikuti implementasi. Biasanya hal ini terjadi karena fasilits penerpan yang tidak tersedia.

Tetapi biasanya suatu tanda bahwa impplementasi inovasi berakhir jika penerapan inovasi itu sudah melembaga atau sudah menjadi hal-hal yang bersifat routin. Sudah merupakan hal yang tidak baru ladi.

Hal-hal yang memungkikan terjadinya re-invensi antara lain: inovasi yang sangat komplek dan sukar dimengerti, penerima inovasi kurang dapt memahami inovasi karena sukar untuk menrima agen pembaharu.

5. Tahap Konfirmasi

Dalam tahap konfirmasi ini seseorang mencari penguatan terhadap keputusan yang telah diambilnya dan ia menarik kembali keputusannya jika memang diperoleh informasi yang bertentangan dengan informasi semula.

Dalam hubungannya dengan difusi inovasi, usaha mengurangi disonasi dapat terjadi:

a. Apabila seseorang menyadari akan kebutuhan dan berusaha mencari sesuatu untuk memnuhi kebutuhan misalnya dengan mencari informasi tentang inovasi.

b. Apabila sesorang tahu tentang inovasi dan telah bersikap menyenangi inovasi tersebut, tetapi belum menetapkan keputusan untuk menerima inovasi .

c. Setelah seseorang menetapkan menerima dan merapkan inovasi kemudian diajak untuk menolaknya. Maka disonasi ini dapat dikurangi dengan cara tidak melanjutkan penerimaan dan penerapan inovasi (discontinuing).

E. Saluran-Saluran Komunikasi Berdasarkan Tahapan-Tahapan dalam Proses Keputusan-Inovasi

Salah satu kepentingan dari lima tahap dalam proses keputusan-inovasi adalah membantu kita untuk memahami peran saluran-saluran komunikasi yang berbeda. Mengategorisasikan Saluran-Saluran Komunikasi seringkali sulit bagi kita untuk membedakan antara sumber pesan dan saluran yang membawa pesan tersebut. Sumber adalah individu atau institusi yang memberikan pesan. Sedang saluran adalah alat dimana pesan bergerak dari sumber ke si penerima.

Para peneliti mengategorikan saluran-saluran komunikasi sebagai (1) bersifat interpersonal atau mass media, atau (2) berasal dari sumber lokal atau kosmopolit. Studi penelitian di masa lalu memperlihatkan bahwa saluran-saluran ini memainkan peran-peran berbeda dalam menciptakan pengetahuan atau membujuk orang-orang untuk merubah sikap mereka terhadap inovasi.

Saluran media massa adalah alat-alat untuk menyampaikan pesan yang melibatkan media massa, seperti radio, televisi, surat kabar, dst yang memungkinkan sumber dari satu atau beberapa individu untuk menjangkau banyak audiens. Saluran interpersonal melibatkan pertukaran saling berhadapan antara dua individu atau lebih. Saluran-saluran ini memiliki efektifitas yang lebih besar ketika menghadapi resistansi atau apati.

Media Massa Versus Saluran-Saluran Interpersonal Generalisasi 5-12 menyatakan: Saluran media massa secara relatih lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran-saluran interpersonal secara relatif lebih penting pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi. Saluran-Saluran Kosmopolit versus Lokalit Generalisasi 5-13: Saluran kosmopolit secara relatif lebih penting pada tahap pengetahuan, dan saluran lokalit secara relatif lebih penting pada tahap persuasi dalam proses keputusan-inovasi.

Saluran komunikasi kosmopolit adalah saluran dari luar sistem sosial yang sedang diselidiki; saluran-saluran lainnya mengenai gagasan-gagasan baru menjangkau individu dari sumber-sumbre didalam sistem sosial mereka. Saluran-Saluran Komunikasi Berdasarkan Kategori Pengadopsi Generalisasi 5-14: Saluran-saluran media massa secara relatif lebih penting dibanding saluran-saluran interpersonal untuk pengadopsi-pengadopsi lebih awal dibanding untuk pengadopsi-pengadopsi lebih lambat. Generalisasi 5-15: Saluran-saluran kosmopolit secara relatif lebih penting dibanding saluran-saluran lokalit untuk pengadopsi-pengadopsi lebih awal dibanding pengadopsi-pengadopsi lebih lambat.

F. Periode Keputusan-Inovasi

Periode keputusan-inovasi adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melalui proses keputusan-inovasi. Waktu yang berlangsung dari pengetahuan-kesadaran inovasi hingga keputusan untuk individu diukur dengan hari, bulan atau tahun. Tingkat Kesadaran-Pengetahuan dan Tingkat Adopsi.

Kebanyakan agen perubahan ingin mempercepat proses pengambilan inovasi. Salah satu metode untuk melakukan hal tersebut adalah dengan mengkomunikasikan informasi mengenai gagasan baru secara lebih cepat sehingga pengetahuan dibuat pada waktu yang lebih awal. Metode lain adalah dengan memperpendek banyaknya waktu yang dibutuhkan untuk keputusan-inovasi setelah individu menyadari gagasan baru. Banyak pengadopsi potensial seringkali menyadari inovasi tetapi tidak termotivasi untuk mencobakannya. Data ini bersama dengan buktu dari studi yang mendukung, memperlihatkan Generalisasi 5-16: Tingkat kesadaran-pengetahuan untuk suatu inovasi lebih cepat dibanding tingkat adopsinya. Lamanya Periode Kategori Pengadopsi

Salah satu perbedaan penting individu dalam lamanya periode keputusan-inovasi adalah berdasarkan pada kategori pengadopsi. Data pada Gbr.5-5 memperlihatkan periode yang lebih lama untuk pengadopsi-pengadopsi yang terlambat. Data dan studi lainnya mendukung Generalisasi 5-17: Pengadopsi-pengadopsi yang lebih awal memiliki periode keputusan-inovasi yang lebih pendek dibanding pengadopsi yang terlambat. Mengapa inovator membutuhkan periode yang lebih pendek? Studi-studi penelitian memperlihatkan bahwa inovator memiliki sikap yang lebih mendukung terhadap gagasan-gagasan baru maka resistansi terhadap perubahan harus diatasi dengan pesan-pesan komunikasi mengenai gagasan-gagasan baru. Inovator juga memiliki periode keputusan-inovasi yang lebih pendek karena (1) mereka menggunakan sumber yang secara teknis lebih akurat dan saluran mengenai inovasi, seperti kontak langsung dengan para ahli, dan (2) mereka meletakan kredibilitas yang tinggi dalam sumber – sumber tersebut.

BAB V

HAMBATAN DIFUSI INOVASI PENDIDIKAN

A. Tujuan Intruksional Pendidikan

1. Faktor – faktor hambatan difusi inovasi berkaitan dengan pranata sosial

2. Enam faktor utama

B. Pengantar

Sasaran inovasi pendidikan adalah anggota sistem sosial yang hidup dalam sistem sosial dan diatur dengan berbagai macam pranata sosial. Barbagai faktor yang merupakan hambatan proses difusi inovasi yang berkaitan dengan aplikasi budaya ilmu dalam sistem susila seperti : ekonomi, sejarah, politik , antropologi, sosial dan sosiologi.

C. Faktor – Faktor Difusi Inovasi Inovasi Berkaitan dengan Pranata Sosial

1. Hambatan Geogerafi

Hambatan geogerafi yang mencakup jarak jauh, Transportasi yang lambat, daerah yang terisolasi, keadaan iklim yang tidak menguntungkan, hampir semuanya dinyatakan dalam kategori hambatan yang serius.

2. Hambatan Sejarah

Hambatan sejarah mencakup masalah – masalah seperti peraturan kolonial, trdisi yang bertentangan dengan inovasi dan perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan.

3. Hambatan Ekonomi

Hambatan ekonomi mencakup tersedianya bantuan dana dari pemerintah dan pengaruh inflasi.

4. Hambatan Prosedur

Hambatan prosedur mencakup berbagai faktor yang berkaitan dengan teknis administrasi pelaksanaan inovasi. Tarmasuk dalam hambatan prosedur adalah kurang cakapnya tenaga yang melaksankan program inivasi, kurang cukup adanya kerjasama atau koordinasi antara bagian yang penting dalam pelaksanan inovasi.

5. Hambatan Personal

Hambatan personal mencakup hal – hal : kurang adanya pemberian penguatan ( hadiah). Bagi penerima dan pemakai inovasi, orang – orang yang memegang peranan yang penting dimasyarakat tidak terbuka untuk menerima dan melaksakan inovasi, sikap kaku dan pengetahuan yang sempit dari para personal yang sebenarnya memiliki peranan penting dalam proyek, serta terjadinya pertentangan pribadi.

6. Hambatan Sosial – Budaya

Hambatan sosial budaya yang dianggap paling serius ialah adanya pertentangan ideology tentang perubahan ( inovasi ). Hal lain berkaitan dengan social budaya yang menghambat inovasi adalah kurangnya suasana adanya sling tukar pikiran secara terbuka, perbedaan nilai budaya ( cultural value ), serta kurang harmonisnya hubungan antara anggota team proyek inovasi.

7. Hambatan Politik

Adapun yang termasuk hambatan politik adalh kurngnya hubungan yang baik dengan pimpinan politik, adanya pergantian pemerintah akan menyukarkan pembinaan secara kontinu pelaksanaan program yang sudah direncanakan, pendidikan yang menangani proyek inovasi tidak mengetahui realitas politik, adanya keberatan terhadap proyek inovasi dengan berdasarkan kepentingan golonagan, kurang adanya pengertian dan kurang adanya perhatian dari pamimpin politik.

8. Hambatan Psikologi

Hambatan psikologi adalah hanbatan yang disebabkan oleh faktor – faktor yang ada didalam diri seseorang. Masalah pisikologi erat sekali hubunganya dengan jasmani, kalau rohani tidak setabil, maka akan dapat melahirkan tindakan – tindakan yang tidak stabil pula.

Selain dari delapan hambatan inovasi diatas ada juga hambatan lain yang dapat mempengaruhi hambatan difusi inovasi. Untuk mengatasi hambatan tersebut kita harus memperhatikan terlebih dahulu permasalahan yang terjadi didalam hambatan tersebut.

Menurut pendapat Per darlian, dalam bukunya Innovation In Education A Systemie View, mengemukakan empat macam hambatan ( rintangan )secara umum dalam menyampaikan pembaharuan adalah :

1. Nilai

Hambatan nilai adalah hambatan yang disebabkan oleh perbedannya ideology dan kepercayan dari setiap individu atau kelompok masyrakat.

2. Kekuasaan

Hambatan kekuasaan ini terjadi karena adanya pembagian kekuasan baru dalam sesuatu sitem sosial masyrakat. Dan pengaruh yang dimaksud dalam konteks diatas adalah pengaruh positif, dalam arti inovasi yang disebakan itu dapat diterima dan sebaliknya adalah pengaruh yang bersifat negatif, dimana inovasi itu ditolak.

3. Pelaksanaan

Hambatan pelaksanan (praktek) lahir apabila inovasi yang diterapkan kegagalan atau tidak diterima oleh masyrakat.

4. Psikologi

Hambatan psikologi adalah hambatan yang disebabkan oleh faktor – faktor yang ada dalam diri seseorang. Yang termasuk dalam hambatan atau rintangan ini antara lain adalah :

a. Penempatan pengangkat guru

b. Biaya dan fasilitas

c. Sistem komunikasi

d. Sistem koordinasi antara konsumen fan prosedur

e. Sikap Tradisonal ( cara berpikir primitive )

D. Enam Faktor Utama Hambatan Inovasi

Berbagai macam hambatan yang dikemukakan tersebut adalah merupakan kombinasi penafsiran pengertian dari orang yang menyusun item dan dari responden.

Ada 6 faktor utama hambatan difusi inovasi yaitu Estimasi tidak tepat, konflik pribadi dan motivasi, proses inovasi tidak berkembang, masalh financial, penolakan dari kelompok tertentu, dan kurangnya hubungan sosial.

1. Faktor Estimasi tidak tepat terhadap inovasi

Yaitu tidak tepat pertimbangan implementasi inovasi, kurang adanya hubungan antara anggota team pelaksanaan inovasi, kuaranganya adanya kesamaan pendapat tentang tujuan yang akan dicapai atau kurangan adanya kerja sama yang baik.

2. Faktor konflik dan motivasi

Disebabkan oleh pertentangan antara anggota team pelaksana, kurang motivasi untuk bekerja dan berbagai macam sikap pribadi yang dapat menggangu kelancaran proses inovasi

3. Faktor inivasi tidak langsung

Adapun yang termasuk dalam factor tidak barkembang inovasi ialah lambatnya pengiriman material yang diperlukan, material tidak siap tepat waktu, perencanan dana biasnya tidak tepat walaupun sudah dipertimbangkan adanya inflansi ( underestimate )

4. Faktor masalah financial

Adapun item yang termasuk dalam factor ini adalah tidak memadainya bantuan financial dari daerah, dari luar daerah, kondisi daerah secara keseluruhan, proritas ekonomi secara nasional lebih banyak pada bidang lain dari pada pendidikan, ada penundaan dalam penyampaian dana, terjadinya financial.

5. Faktor penolakan dari kelompok penentu

Adapun item yang termasuk dalam faktor ini dalah kelompok elit yang memiliki wewenangan dalam masyrakat tradisional menentang inovasi atau perluasan suasana pandidikan, tardapat pertentangan antara ideology mengenai inivasi, proyek inovasi dilaksanakan sangat lambat, peraturan kolonoial menuggalkan sikap masyrakat yang penuh kecurigaan terhadap sesuatu yang asing, kaberatan terhadap inovasi karena sebab keuntungan kelompok.

6. Faktor kurang adanya hubungan sosial

Faktor yang terakhir dan juga paling lemah pengarurhnya terhadap hambatan inivasi adalah faktor yang teridri dari dua hal yaitu hubungan antar team dan hubungan dengan orang diluar team.

BAB VI

PROSES PENGEMBANGAN INOVASI PENDIDIKAN

Secara naluriah manusia memang tidak akan pernah puas sepenuhnya dengan suatu prestasi yang telah dicapai. Setelah manusia dapat memenuhi kebutuhannya, segera pula muncul kebutuhan yang baru, demikian seterusnya. Manusia senantiasa juga menghadapi masalah-masalah dan tantangan serta kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Masalah, tantangan dan kesulitan tersebut bisa berasal dari dalam diri dan bisa juga berasal dari lingkungannya. Didorong adanya faktor luar dan faktor dari dalam tersebut manusia senantiasa berupaya mencari solusi untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhannya.

Proses pengembangan inovasi biasanya dimulai dari tahap pengenalan masalah atau kebutuhan, diteruskan dengan penelitian dan pengembangan, kemudian setelah itu diikuti dengan komersialisasi, difusi dan adopsi dan diakhiri dengan konsekuensi. Proses tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6

Kebutuhan/ Penelitian Pengembangan komersialisasi Difusi & Konsekuensi

Masalah Adopsi


A. Kebutuhan dan Masalah sebagai Pencetus Inovasi

Kebutuhan atau “needs” biasanya muncul mengiringi keinginan manusia untuk menguasai masalah dalam kehidupannya. Sementara itu masalah adalah merupakan bagian dari kehidupan manusia. Masalah manusia tersebut sebagian bersumber dari kodrat dan sebagian lagi bersumber dari hasil interaksi atau hubungannya dengan alam lingkungannya.

Pada dasarnya semua kebutuhan manusia, baik kebutuhan tingkat dasar (basic needs) seperti kebutuhan fisik, atau pun kebutuhan tingkat tinggi (high order needs).

Didasari oleh adanya tantangan untuk menghadapi permasalahn dan memenuhi kebutuhannya itulah manusia berusaha keras dengan segala kemampuannya untuk mencari, meneliti, menemukan dan mencipta. Dalam mengatasi tantangan dan permasalahan tersebut manusia memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

A. Penelitian sebagai Wahana Penemuan Inovasi

Hampir semua inovasi di bidang teknologi merupakan hasil penelitian para ilmuwan dan peneliti. Dari waktu ke waktu kegiatan penelitian semakin memegang peran di dalam penciptaan inovasi. Penelitian yang menghasilkan penemuan biasanya dimulai dari penelitian dasar (basic research), setelah itu, diteruskan dengan penelitian terapan (applied research). Penelitian dasar diarahkan kepada upaya membangun teori-teori atau konsep, sedangkan penelitian terapan lebih diarahakan kepada pengujian atau pembuktian secara empiris. Penelitian-penelitian tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pengembangan.

B. Pengembangan

Pengembangan inovasi adalah suatu proses menempatkan ide baru dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan sasaran yang potensial menjadi adopter.

Pengembangan inovasi berupa teknologi cangggih yang baru biasanya melewati empat tahapan yaitu mulai dari;

1. Penciptaan inovasi, suatu periode waktu yang penuh ketidakpastian dan coba-coba

2. Imitasi, dimana banyak perusahaan baru masuk dan mengembangkan berbagai variasi inovasi yang berorientasi pasar

3. Kompetisi teknologi, dimana bagian R&D berusaha menyempurnakan inovasi dan akhirnya

4. Standarisasi, suatu produk ideal telah ditemukan.

C. Komersialisasi

Komersialisasi adalah suatu tahapan pengembangan inovasi dimana suatu inovasi mulai diproduksi dalam jumlah yang besar. Maksud dari inovasi diproduksi adalah bahwa inovasi dikemas sedemikian rupa sehingga siap untuk dikomunikasikan secara luas. Komersialisasi biasanya dilakukan oleh dunia usaha swasta dan bersifat missal, meskipun ada juga komersialisasi yang dilakukan oleh pemerintah suatu Negara.

Dalam tahap ini, suatu inovasi hasil kegiatan penelitian yang biasanya dikemas secara ilmiah, dan memungkinkan untuk diolah menjadi bentuk yang siap diadopsi oleh pengguna (user friendly).

D. Difusi dan Adopsi

Difusi adalah proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui suatu saluran pada waktu dan ditujukan kepada anggota suatu sistem sosial. Sedangkan hasil proses difusi biasanya diharapkan terjadi adopsi, yaitu keputusan oleh individu atau masyarakat untuk menerima inovasi.

Pada tahap inilah agen pembaharu dituntut perannya. Proses difusi dan adopsi ini menentukan nasib inovasi, apakah akan berhasil memasyarakat atau gagal dan dilupakan.

E. Konsekuensi

Tahap terakhir dalam proses pengembangan inovasi adalah konsekuensi inovasi. Dalam tahap ini kembali permasalahan awal yang telah menyebabkan lahirnya suatu inovasi dilihat apakah telah terpecahkan atau belum. Banyak inovasi berhasil memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhan. Namun tidak jarang suatu inovasi malahan menimbulkan permasalahan baru, sehingga terjadilah kembali proses pengembangan inovasi berikutnya.

BAB VII

KERANGKA KERJA INOVASI PENDIDIKAN

A. Ciri – Ciri Inovasi

Faktor kunci untuk menganalisis masalah inovasi terdapat dalam mempelajari ciri – ciri inovasi itu sendiri. Disini dikemukakan pengkategorian analisis masalah yang dikutip oleh Ceri dalam buku :

“Innovation in Education A Systemic View”, sebagai berikut :

1. Tujuan dan fungsi

2. Administrasi dan organisasi

3. Peran dan hubungan – hubungannya

4. Kurikulum

Untuk mengidentifikasikan apakah ciri – ciri utama suatu inovasi, perlu dijawab pertanyaan – pertanyaan berikut :

1. Apa beda tujuan inovasi dalam hubungannya dengan apa yang diterapkan

2. Apakah nilai inovasi melebihi dari nilai yang digantikan

3. Apakah ada perubahan organisasi secara implisit dalam proposal

4. Tipe perubahan tingkah laku apakah yang diharapkan dari inovasi

5. Apakah jenis sumber – sumber yang termasuk sebagai bagian – bagian yang diperlukan dalam inovasi (materi, kurikulum, konsultan, guru, penataran, dan sebagainya).

Sebagian inovasi yang berarti akan memiliki perubahan – perubahan dalam setiap areal yang disebutkan diatas. Penekanan utama inovasi adalah perubahan dalam tujuan dan fungsi sekolah dalam masyarakat.

B. Analisis Tiga Dimensi

Dengan inovasi yang khusus dalam pemikiran, kita sekarang akan meneruskannya dengan menerangkan suatu analisa dalam kerangka yang mengikuti tiga dimensi.

1. Proses inovasi

a. Identifikasi masalah

b. Pemakaian/pelaksanaan

c. Pengembangan

d. Penyebaran

e. Penerangan

2. Strategi inovasi

a. Strategi empiris – rasional

b. Strategi normatof – reedukatif

c. Strategi kebijakan administratif

Strategi inovasi ini dapat juga digambarkan dalam bentuk segitiga sebagai berikut :

Strategi kebijakan administrasi

Strategi Strategi normative

Empiris reedukatif

rasional

3. Tingkatan dari pengambilan keputusan

Dimensi yang terakhir dari analiasa kerangka kerja dalam inovasi adalah tingkatan dalam pengambilan keputusan (level of deocision making).

Ciri – ciri mengungkapkan sebagai berikut :

a. Politikus

b. Menejer

c. Guru

d. Pelajar/orang tua

e. Peneliti

f. Saran – saran dari pemerintah

Level of decision making, digambarkan sebagai berikut

General Politikus

Managemen

Teachers

Students/Parents

Regional Reseaerchers

Others

School

C. Tindakan inovatif

Maksud analisa yang digambarkan di atas adalah untuk menambah pengetahuan kita tentang perubahan proses dalam pendidikan terhadap kelengkapan suatu proses yang memiliki beberapa pengertian yang tercakup didalamnya.

Analisa tersebut memberikan sebuah gambaran yang sistematis atas perubahan proses yang mengikuti suatu inovasi dari langkah – langkah awal sampai pada penetapannya. Ini jelas sekali dari analisis studi kasus ceri, mengungkapkan sebuah pendekatan khusus pada suatu tingkat proses inovasi dengan segala konsekuensinya untuk langkah berikutnya. Hal ini telah di kemukakan pada bagian analisa tiga dimensi diatas keterbitan pada guru pada pengembangan kerangka kerja, mungkin atau tidak mungkin merubah “kualitas produk” tapi hal ini juga mempunyai efek posistif dalam daerah penerapannya.

BAB VIII

ATRIBUT INOVASI DAN KECEPATANNYA DIADOPSI

A. Atribut Inovasi

Atribut atau karakteristik inovasi berkenaan dengan keuntungan relative, kesesuaian, kerumitan, kemudahan diamati, dan kemungkinan dicoba dari inovasi menurut persepsi calon adopter dapat dijadikan dasar untuk menilai inovasi.

1. Keuntungan Relatif

Suatu inovasi dapat dilihat keuntungan relatifnya bagi para penggunanya. Calon adopter menilai sesuatu hal baru berdasarkan keuntungan relatif dari hal baru tersebut menurut persepsinya. Keuntungan tersebut bisa bersifat ekonomis, atau pun non ekonomis. Suatu inovasi dipersepsikan memiliki keuntungan relatif tinggi jika inovasi tersebut dinilai oleh calon adopter sebagai inovasi yang dapat meningkatkan keuntungan secara ekonomis dan sekaligus mendatangkan keuntungan non ekonomis seperti peningkatan status, dan meningkatkan gengsi.

Keuntungan relatif suatu inovasi dapat diketahui setelah inovasi tersebut dibandingkan dengan inovasi sebelumnya, atau dengan inovasi sejenis. Calon adopter menilai keuntungan relatif suatu inovasi berdasarkan pengetahuannya tentang inovasi dan atas dasar kepentingan dirinya.

2. Kesesuaian

Suatu inovasi dapat dilihat kesesuaiannya dengan beberapa hal. Calon adopter menilai sesuatu inovasi berdasarkan kesesuaian antara inovasi tersebut dengan ide, cara yang telah ada sebelumnya, kesesuaian dengan nilai – nilai atau norma yang berlaku, dan kesesuaian dengan berbagai latar belakang lainnya.

3. Kerumitan

Suatu inovasi biasanya juga dilihat tingkat kerumitannya. Calon adopter akan menilai apakah suatu inovasi itu dianggap rumit atau simple dalam hal penggunaanya. Semakin rumit penggunaan suatu inovasi menurut pandangan calon adopter, maka akan semakin rendah tingkat adopsinya, sebaliknya semakin simple penggunaan suatu inovasi menurut pandangan calon adopter akan semakin tinggi tingkat adopsinya.

4. Kemudahan diamati

Suatu inovasi juga dilihat dari kemudahan diamati hasilnya apabila inovasi tersebut digunakan.

5. Kemungkinan dicoba

Suatu inovasi akan dinilai oleh calon adopter dalam hal kemungkinannya untuk dicoba. Apabila suatu inovasi memiliki sifat mudah dicoba, maka biasanya lebih berpotensi untuk menyebarluas di masyarakat secara lebih cepat.

B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi

Variabel Prediktor

Atribut Inovasi

· Keuntungan relatif

· Kesesuaian

· Kerumitan

· Kemungkinan dicoba

· Kemudahan diamati


Jenis Keputusan Inovasi

· Pilihan

· Kolektif

· Otoritas

Saluran Komunikasi

Sifat Sistem Sosial

Variabel Kriterium

Kecepatan Adopsi Inovasi

Bagan 2. Variabel – variabel yang berhubungan dengan kecepatan adopsi inovasi

BAB IX

BERBAGAI KONSEKUENSI INOVASI

A. Klasifikasi Konsekuensi Inovasi

Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi pada individu atau system social sebagi akibat dari mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Sebuah inovasi memiliki sedikit dampak sampai inovasi itu didistribusikan ke dalam berbagai anggota sistem dan digunakan oleh para anggota sistem itu. Kemudian, invensi dan difusi merupakan tujuan yang dicapai : berbagai konseksuensi dari pengadopsian sebuah inovasi

Terdapat tiga kalsifikasi dari konsekuensi, yaitu:

1. Konsekuensi diharapkan dan tidak diharapkan.

Konsekuensi yang diharapkan adalah suatu inovasi mempunyai pengaruh fungsional dengan keinginan individu atau sistem sosial. Sedangkan konsekuensi yang tidak diharapkan adalah suatu dampak yang timbul padahal tersebut tidak dikehendaki.

Konsekuensi fungsional adalah akibat – akibat dari penyebaran sustu inovasi dalam suatu sistem sosial yang sesuai denngan keinginan dari pengadopsian. Akibat – akibat itu memiliki konotasi yang positif. Sebaliknya, konsekuensi disfungsional akibat – akibat dari pengadopsian inovasi yang tidak diinginkan oleh pengadopsi.

2. Koonsekuensi langsung dan tidak langsung

Konsekuensi langsung adalah sustu inovasi mempunyai pengeruh yang segera terhadap individu atau system social,sedangkan konsekuensi tak langsung adalah inovasi yang memberikan pengeruh yang tidak segera. Konsekuensi langsung suatu inovasi menghasilkan perubahan-perubahan dalam system social yang terjadi sebagai respon segera setelah penyebaran suatu inovasi.

Konsekuesi tak langsung adalah perubahan – perubahan dalam system social yang terjadi sebagi hasil konsekuensi langsung atau inovasi masih memerlukan upaya tambahan dan prosesnya masih memerlukan waktu yang lebih lama. Konsekuensi tidak langsung juga dapat berupa akibat jangka panjang yang positif maupun yang negative.

3. Konsekuensi diantisipasikan dan tidak diantisipasikan

Konsekuensi yang diantisipasikan adalah konsekuensi yang telah diperkirakan sebelumnya, sedangkan konsekuensi tidak diantisipasikan adalah dampak ikutan yang muncul kemudian setelah adopsi atau menolak inovasi.

Klasifikasi berbagai konsekusi inovasi tersebut di atas dapat digambarkan dalam bagan sebagi berikut:

Konsekuensi tak diinginkan

Konsekuensi tak langsung

Konsekuensi diantisipasi

Konsekuensi tak diantisipasi


Bagan 3. Berbagai Konsekuensi Inovasi

Berbagai konsekuensi atau akibat inovasi yang tidak diinginkan, tidak langsung, dan tidak terantisipasi pada umumnya terjadi secara bersamaan, sebagaimana halnya konsekuensi atau akibat yang diinginkan, langsung, dan terantisipasi. Kami menunjukan sebuah ilustrasi dari generalisasi tersebut dalam memperkenalkan kampak baja atau alat pemotong dari baja pada suku Aborogin Australian, yang membawa banyak konsekuensi yang diinginkan, langsung, dan terantisipasi, termasuk rincian struktur keluarga, kemunculan prostitusi, dan “penyalahgunaan” innovasi itu sendiri. Kisah mengenai kapak baja mengilustrasikan tiga intrinsik elemen inovasi : (1) Bentuk, yang langsung secara pisik dapat dilihat dan subtansi inovasi, (2) fungsi, kontribusi yang diciptakan oleh suatu inovasi pada cara hidup para anggota sistem sosial, dan (3) tujuan : persepsi inovasi yang subjektif dan disadari oleh para anggota sistem sosial. Para agen perubahan lebih mudah dapat mengantisipasi bentuk dan fungsi suatu inovasi untuk para kliennya dari pada tujuannya.

B. Mengantisipasi Berbagai Konsekuensi Inovasi.

Sebagaimana anda ketahui suatu perubahan sosial terjadi melalui proses, mulai dari penemuan, penyebaran, dan akibat atau konsekuensi. Konsekuensi inovasi adalah suatu dampak yang mengikuti keputudan mengadopsi atau menolak suatu inovasi.

Meskipun masalah inovasi ini sangat penting, tetapi ternyata penelitian tentang akibat-akibat inovasi ini masih sedikit sekali. Meneliti apalagi memperkirakan konsekuensi atau akibat inovasi adalah pekerjaan sulit, meskipun sulit bukan berarti hal itu tidak mungkin dilakukan hanya saja untuk melakukannya diperlukan keterampilan, ketekunan dan kerjasama.

Pada umumnya penyebarluasan suatu inovasi didasarkan pada asumsi bahwa konsekuensi atau akibat inovasi itu akan positif, para agen mempengruhi pembaharuan berasumsi bahwa inovasi itu merupakan kebutuhan klien karena itu penyebarluasan atau diseminasinya adalah dianggap sebagai hal yang wajar atau bahkan keharusan. Agen pembaharuan mengharapkan pemasyarakatan ide baru yang dilakukannya akan berhasil. Mereka pada umumnya berharap bahwa konsekuensi inovasi itu terjadi dalam jangka waktu yang segera mungkin, dan dengan hasil nyata. Pada kenyataannya, tidak selalu demikian hal yang terjadi.

1. Mengantisipasi konsekuensi yang tidak diharapkan / disfungsional

Apabila inovasi membawa konsekuensi fungsional, maka akibat-akibat dari penyebaran sustu inovasi dalam suatu inovasi dalam sustu sistem sosial yang sesuai dengan keinginan dari pengadopsi. Akibat-akaibat yang tidak dirasakan dari adopsi inovasi konsekuensi disfungsional adalah akibat-akibat dari pengadopsi.

Konsekuensi disfungsional perlu diantisipasi sebelum terjadi. Apabila setelah beberapa waktu kemudian sustu inovasi dapt dirasakan akibatnya yang negatif maka pihak inovatif perlu segera memperoleh masukan untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

2. Mengantisipasi konsekuesi yang tidak langsung

Konsekuesi langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem sosial yang terjadi sebagi respon segera setelah penyebaran sustu inovasi. Konsekuensi tak langsung adalah perubahan-perubahan dalam sistem sosial yang terjadi sebagai hasil konsekuensi tak langsung atau tidak segera setelah suatu inovasi diadopsi.

Suatu hal yang terpenting disadari oleh inovator dan agen pembaharuan adalah bahwa sebelum semua dalapak jangka panjang dari sustu inovasi terjadi, semuanya telah dikaji, diteliti dan disiapkan solusi atau jalan keluarnya.

3. Mengantisipasi konsekuensi yang tidak dapat diantisipasi

Konsekuensi ada yang nampak nyata dan ada pula yang tidak segera nampak atau latent. Konsekuesi yang nampak atau ”manifest” adalah perubahan – perubahan yang terlihat dan dikehendaki oleh anggota sistem sosial yang mengadopsi suatu inovasi.

Sebagaimana anda ketahui bahwa, tugas menyebar luaskan inovasi biasanya dilakukan oleh inovator dan agen pembaharuan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia pada umumnya. Di dalam melaksanakan fungsinya memasyrakatkan ide-ide baru

BAB X

FAKTOR UTAMA YANG MENGHARUSKAN ADANYA INOVASI

A. Perkembangan IPTEKS dan IMTAQ

1. IPTEKS

Ilmu pengetahuan (IP) pada umumnya berkembang pesat termasuk ilmu pendidikan. Perubahan (Inovasi) pendidikan telah banyak kita temui, misalnya aspek strategi penyelenggaraan pendidikan (pengajaran) telah berubah dari yang berpusat pada guru (Teacher Center) ke pengajaran yang berpusat pada siswa (Student Center)

Perubahan ini berdampak besar pada perilaku guru. Seorang guru tidak lagi hanya mengajar siswanya tetapi ia sekaligus harus berusaha membelajarkan siswanya (to learn how to learn). Perubahan seperti ini berdampak pula pada perubahan teknologi (TEK) pendidikannya. Guru tidak lagi memberikan “ikan” (pengajaran dalam bentuk siap diterima), sekarang guru harus berusaha memberikan “pancing” sehingga siswa dapat berusaha sendiri mencari ikan dengan mengandalkan ilmu dan alat pemancing yang diberikan oleh gurunya.

Seni (S) mengajarkan pun harus pola mengikuti perkembangan siswa, hal ini misalnya menyangkut bagaimana supaya siswa senang belajar, bagaimana agar belajar bagi mereka itu sesuatu yang indah mengesankan (bukan membosankan).

Perilaku (behavior) siswa masa kini jauh berbeda dengan siswa masa dulu. Pengaruh IPTEKS secara umum diera globalisasi saat ini memungkinkan sekali adanya perubahan sehingga para pendidik perlu menyesuaikan pengajaran yang sesuai dengan perubahan tersebut.

Menggunakan strategi mengajar yang bervariasi misalnya, akan menghasilkan seni mengajar yang bervariasi pula, sehingga mengajar tidak menoton dan membosankan.

2. IMTAQ

Iman (IM) para siswa di era modern ini banyak terpengaruh sehingga keyakinan terhadap rukun imanya memerlukan pendidikan keagamaan yang inovatif. Cukup banyak siswa (mungkin juga orang lain) yang tidak tahu rukun imannya jika tahu hanya sekadar hafal Jenis dan jumlah rukun imannya tetapi kadar keyakinan terhadap masing – masing rukun iman tersebut boleh dikatakan tipis atau kurang sekali. Hal ini antara lain disebabkan : 1) kurang mantapnya pengajaran agama di sekolah karena jam pelajaran yang singkat, 2) pengaruh IPTEKS (modernisasi) yang tidak bernuansa ajaran keagamaan (islam), 3) Usaha Kristenisasi (sekuler) yang dilaksanakan secara terselubung (halus tidak terasa langsung) atau usaha terang – terangan secara langsung. Untuk menghadapi tantangan ini para pendidik keagamaan harus mengadakan inovasi dibidang pengajaran keagamaan tersebut.

Taqwa (TAQ) terhadap Tuhan YME, juga mengalami permasalahan. Kualitas taqwa semakin menurun yang dapat ditandai dengan berbagai gejala seperti kurangnya perhatian terhadap “amanat makruf dan seringnya terjadi perbuatan – perbuatan yang “nahi mungkar”. Malah ada diantara siswa yang merasa bangga bila berbuat sesuatu yang mungkar seperti terlibat penyakit masyarakat (narkoba, zina dll).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor negatif dari IMTAQ mengharuskan para pendidik terkait (formal, non formal dan informal) selain waspada dengan berusaha mengadakan inovasi pendidikan keagamaan. Sebaliknya dengan IMTAQ yang semakin berkualitas kita senantiasa dituntut untuk meningkatkan kualitas inovasi pendidikan baik pendidikan umum maupun keagamaan.

B. Perubahan dan Perkembangan Internal Pendidikan

1. Peraturan Perundangan

Faktor perubahan dan perkembangan dibidang pendidikan itu sendiri menuntut kita harus mengadakan inovasi perubahan dalam peraturan perundangan pendidikan dari UU No 12 tahun 1954 tentang pokok – pokok pendidikan di sekolah dan UU No 22 tahun 1961 tentang pendidikan tinggi menjadi UU NO. 2 tahun 1989 tentang U/SPN mengharuskan semua komponen pendidikan memerlukan inovasi yang kontinu (terus menerus berkesinambungan) merupakan keharusan bila pendidikan tidak mau ketinggalan.

Dengan adanya Undang – Undang baru sebagai inovasi terhadap Undang – Undang sebelumnya, penyelenggaraan pendidikan perlu pula di inovasikan sebagai contoh (sesuai Undang – Undang baru tersebut), kita harus membaharui komponen – komponen pendidikan secara sistematik (menggunakan pendekatan system). Bila dulu pembaharuan dapat dilaksanakan pada suatu komponen, maka sekarang harus dilakukan terhadap semua komponen SPN tersebut. Jika tidak dilakukan seperti itu, pembaharuan komponen dapat berdampak rusaknya komponen yang lain.

2. Kurikulum

Inovasi dari segi kurikulum telah dilaksanakan oleh pemerintah mulai dari kurikulum tahun 1968 menjadi kurikulum tahun 1975, kurikulum 1975 menjadi kurikulum 1984, kurikulum 1984 menjadi kurikulum 1994, kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 (KBK), dan sekarang diperbaharui lagi menjadi kurikulum 2006 (KTSP). Hal ini antara lain tergantung pada kebijaksanaan pemerintah baru di era reformasi ini. Kurikulum muatan local berceritakan kebutuhan lingkungan dan pengembangan daerah (interpret ment) perlu direncanakan dan dilaksanakan dengan sebaik – baiknya sehingga output pendidikan tidak hanya mencari lapangan kerja tetapi dapat menciptakan lapangan kerja yang relevan dengan kebutuhan lingkungan dan daerah yang bersangkutan di dukung oleh pengetahuan di lembaga pendidikan asalnya.

3. Ketenagaan Pendidikan

Tuntutan terhadap ketenagaan pendidikan memerlukan inovasi pula. Ketenagaan guru dan non guru semakin memerlukan pembaharuan baik kuantitas, kualitas dan jenisnya. Tenaga non guru seperti tenaga kepustakaan, laboran, tenaga BP, para medis perlu diadakan dan atau ditambah pada setiap lembaga pendidikan baik jumlah jenis dan kualitas pendidikan ketenagaan perlu pula dibaharui. Saat ini saja kualifikasi pendidikan tenaga guru sudah ditingkatkan untuk menjadi guru di SD, SMP dan SMA minimal sarjana (S1) dan untuk menjadi dosen di PT minimal S2 (master).

Untuk menghadapi masyarakat masa depan barangkali semua guru di SD, SMP dan SMA telah banyak yang memperoleh gelar master (S.2), sementara di PT telah banyak pula yang berpredikat S.3 (doktor).

Demikianlah beberapa contoh keharusan perubahan (inovasi) yang pada umumnya baru menyangkut komponen instrumental (instrumental input). Komponen lain dari sistem pendidikan secara makro yaitu peserta didik (raw input), proses pendidik (trought input), lingkungan pendidikan (Environmental input) serta hasilnya (output) perlu mendapatkan penanganan yang inovatif pula.

C. Perubahan dan Perkembangan Eksternal Pendidikan

Perubahan dan perkembangan diluar bidang pendidikan (meskipun sesungguhya juga hasil pendidikan), telah banyak yang kita temukan perubahan dan perkembangan tersebut semuanya menuntut pembaharuan (inovasi) pendidikan.

1. Perubahan dan Perkembangan Sosial

Salah satu perubahan sosial kemasyarakatan kita dewasa ini adalah meningkatnya aspirasi pendidikan bagi warganya. Aspirasi pendidikan formal bagi warga usia sekolah terlihat semakin meningkat. Hal ini terlihat dengan semakin banyaknya warga masyarakat usia sekolah berada di sekolah yang sesuai dengan usianya masing – masing. Kecenderungan ini terlihat pula pada perguruan tinggi, jumlah mahasiswa semakin banyak walaupun biaya pendidikan semakin tinggi.

Status sosial seseorang, keluarga atau masyarakat ditandai dengan pendidikannya. Semakin tinggi pendidikan seseorang, keluarga atau masyarakat, semakin tinggi tingkat harkat atau martabatnya. Malah indikator keberhasilan atau kemajuan seseorang, keluarga atau masyarakat adalah pendidikan ini. Untuk menampung aspirasi ini, maka pendidikan harus diperbaharui, bila yang terjadi sebaliknya pendidikan tidak diperbaharui maka besar kemungkinan aspirasi masyarakat akan menurun atau berkurang.

Jika inovasi pendidikan tidak dilaksanakan (misalnya yang relevan dengan tuntutan lapangan kerja), maka aspirasi masyarakat terhadap pendidikan ini mungkin akan menurun. Mereka mungkin saja tidak kurang mau menyekolahkan anak – kemenakannya, bila kelak sesudah tamat belajar akan menambah beban mereka karena menganggur (tidak dapat pekerjaan atau tidak dapat menciptakan lapangan kerja baru).

2. Perubahan dan Perkembangan Ekonomi

Sektor ekonomi mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan tersebut menuntut kemampuan dan keterampilan yang semakin profesional dari para pelakunya. Pelaku – pelaku ekonomi yang tidak/kurang profesional akan tersingkir dengan sendirinya. Untuk itu pendidikan harus selalu disesuaikan (dengan melakukan inovasi) dengan tuntutan perkembangan sektor ekonomi yang ada kini dan yang akan datang.

3. Perubahan dan Perkembangan Budaya

Budaya kita berkembang pesat, apa yang hari ini dipandang inovatif (baru), esok sudah dianggap kuno (ketinggalan zaman). Untuk itu fungsi pendidikan terhadap budaya haruslah inovatif. Diantara fungsi inovatif itu ialah pendidikan harus berusaha mengembangkan budaya kita (Indonesia) disamping mentransfer, menseleksi dan menjaga kelestarian budaya asli kita.

4. Perubahan dan Perkembangan MIPA

Temuan demi temuan dibidang Matematik dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), apakah sub bidang Biologi, Kimia dan Fisika telah membawa perubahan dan perkembangan MIPA tersebut. Selanjutnya perubahan dan perkembangan ini akan mempengaruhi perkembangan bidang – bidang lainnya yang relevan. Bidang pendidikan terutama pendidikan MIPA harus dibaharui sesuai dengan tuntutan perkembangan MIPA tersebut. Pengajaran Matematik dan IPA di sekolah atau perguruan tinggi menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi dibidang MIPA tersebut.

5. Perubahan dan Perkembangan Lingkungan Hidup

Lingkungan hidup mengalami perubahan dan perkembangan pula. Lingkungan hidup yang semakin luas dan transparan, memungkinkan wawasan lingkungan yang semakin terbuka. Lingkungan hidup di daerah pedesaan telah maju mungkin saja tidak jauh bedanya dengan daerah perkotaan. Hal ini tentu sejalan dengan perkembangan IPTEKS yang telah mendewasa. Oleh sebab itu inovasi pendidikan tidak hanya milik pendidikan perkotaan.

BAB XI

RASIONALISASI MUNCULNYA

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

A. Rasionalisasi Munculnya Berbagai Kebijakan Pendidikan di Indonesia

Dalam rangka pemecahan masalah di tanah air, pemerintah departemen pendidikan nasional telah mengeluarkan berbagai kebijaksanaan-kebijaksanaan tersebut secara kronologi semenjak 1966 adalah:

1. diberlakukannya kurikulum 1968 kurikulum 1975 dan kurikulum 1984

2. dipekerjakannya dan dibuatnya sistem sekolah / universitas terbuka (SMP terbuka dan universitas terbuka)

3. diperkenalkan dan dibukanya kelas (sekolah unggul)

4. dibakukannya kurikulum 1994

Rasionalisasi / latar belakang munculnya berbagai kebijaksanaan pendidikan di indonesia semenjak orba *1966) antara lain.

1. Diberlakukannya kurukulum antara lain

  1. Kurikulum 1968

Kurikulum ada orde lama (sebelum 1966) masih dalam mencari betuk yang khas nasional. Semenjak merdeka dan ditetapkannya undang-undang tentang pendidikan di sekolah. Pendidikan masih berada pada tahap peneyempurnaan kurukulum masa penjajahan (Belanda dan Jepang )

  1. Kurikulum 1975 / 1976

Kurikulum ini merupakan penyempurnaan (pembaharuan kurikulum 1968) kurikulum ini berorientasi pada hasil ( product oriented) dengan pendekatan prosedur pengembangan sistem intruksional (PSSI)

  1. Kurikulum 1984

Pengalaman menyatakan bahwa apa yang diharapkan oleh kurikulum 1975 / 1976 tidak tercapai oleh sebab itu dilakukan pula penyempurnaan sehingga lahir pulalah kurikulum 1984

Kurikulum ini memadukan dua orientasi yaitu product oriented dengan proses mented yang topang oleh pendekatan baru yang ”study active learning” yang di Indonesia diterjemahkan sebagai cara belajar siswa aktif (CBSA)

2. Sistem sekolah / universitas terbuka :

  1. SMP terbuka (SMP)

Disamping penyempurnaan kurikulum telah dirintis pula sistem pengelolahan yang dikenal dengan sekolah terbuka (Open School) .

Adapun latar belakang didirikannya SMP terbuka antara lain adalah sebagai berikut:

1) memperluas kesempatan belajar berbagai tamatan SD sebagai usaha mengatasi masalah pemerataan pendidikan di indonesia

2) menanggulangi anak-anak yang tidak tertampung di SMP Negeri

3) mengatasi kekurangan fasilitas / sarana pendidikan yang seimbang dengan pertambahan penduduk usia sekolah (SLTP)

4) mengatasi kekurangan guru yang selalu menjadi masalah dari tahun ke tahun

  1. Universitas terbuka

Universitas terbuka merupakan kebijaksanaan pemerintah untuk meningkatkan daya tampung perguruan tinggi sejalan dengan ditemukannya suatu sistem baru dalam dunia pendidikan yaitu belajar jarak jauh (BJJ) dengan moduler sistem sebagai cara penyampaian yang baru pula.

3. UU RI No. 2 th 1989 tentang USPN

Undang –undang dibuat dan diberlakukannya untuk penyempurnaan landasan legalitas / hukum untuk penyelenggaraan pendidikan produk sebelumnya

4. Sekolah kelas unggul

Manusia terdiri kelompok normatif (biasa kelompok di bawah atau di atas normal) Pengelompokan ini dapat dilihat dari berbagai suatu pendang melihat dari sudut pandang peserta didik yang tergolong normal sekolah mereka dapat diterima belajar. Di sekolah biasa bagi peserta didik di bawah normal diperlukan pendidikan khusus yang disebut selama ini dengan pendidikan luar biasa (PLB) untuk menyelenggarakan PLB ini diatur dengan PP tersendiri (PP No. & @ th 199) pendidikan untuk peserta didik yang berada di atas normal Belem mendapatkan perhatian khusus. Peserta didik yang tergolong kelompok ini seperti anak jenius dasar EQ tinggi seyogyanya mendapatkan perhatian yang sama seperti anak di bawah normal tetapi arena beberapa hal sebellum tersentuh secara nasional.

5. Currículo 1994

Currículo 1994 merupakan penyempurnaan dari currículo sebelumnya (kurikulum 1994). Kurikulum 1994 dilengkapi dengan muatan unsur-unsur lingkungan yang akan memelihara jeringan yang terintegral antara sekolah dan lingkungan.

Dengan adanya muatan local ini daerah (propinsi) perla dilibatkan agar sekolah punya kesempatan menyusun program muatan local yang sesuai yang dipilih dari lingkungan (propinsi yang bersangkutan)

B. Analisis terhadap innováis dalam sistem persekolahan di indonesia sistem persekolahan

1. SD Pamong

Pamong singkatan dari pendidikan anak oleh masyarakat, orang tua dan guru. Tujuan proyek pamong yaitu :

a. membantu anak-anak yang tidak sepenuhnya dapat mengikuti pendidikan sekolah atau membantu siswa yang drop out.

b. Membantu anak-anak yang tidak mau terikat ole tempat dan waktu dalam belajar sambil mengembalakan ternak waktu istirahat dan lain-lain.

c. Mengurangi penggunaan tenaga guru sehingga rasio guru terhadap murid dapat menjadi 1:200 pada SD biasa 1:100 atau 1:50

d. Meningkatkan pemerataan kesempatan belajar dengan pembiayaan yang sedikit dapat ditampng sebanyak mungkin siswa.

Dengan kata lain proyek pamong menemukan alternative sistem penyampaian pendidikan dasar yang bersifat afektif, ekonomis, dan merata sesuai kondisi kebanyakan daerah di Indonesia proyek experimental itu berakhir pada tahun 1976 sistem yang penyampaian yang digunakan dengan pemakaian modul setiap siswa dapat mengambil modul di pusat pendidikan masyarakat (pusdiknas)

2. SD kecil

SD kecil realisasi dari undang-undang wajib belajar dan pemerataan bagi anak – anak usia 7 – 12 tahun terutama bagi daerah-daerah terpencil. Pemerintah telah melaksanakan SD kecil dan sistem guru kunjung.

SD kecil mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

  1. kelas yang ada lebih sedikit dari SD biasa (tiga kelas)
  2. jumlah murid lebih kecil (20-30 orang )
  3. jumlah guru lebih sedikit / lebih kecil dari guru SD biasa
  4. Pendidikan belajar meliputi belajar sendiri yaitu mempelajari modul belajar kelompok dan klasikal. Jika jumlah kelas yang ada melebihi jumlah guru yang ada satu orang guru mengajar lebi dari satu kelas.
  5. Kurikulum SD kecil sama dengan kurikulum SD biasa
  6. Murid yang pintar dijadikan untuk mengajar murid – murid yang lain.

3. SMP terbuka

SMP terbuka (SMPT) hádala sekolah menengah umum tingkat pertama yang kegiatan belajarnya sebagian besar diselenggrakan di luar gedung sekolah dengan cara penyampaian pelajran berbagai macam interksi.

Ciri-ciri dari SMP terbuka adalah :

a. terbuka bagi siswa tanpa pembatadsan umur dan tanpa syarat-syarat

b. terbuka dalam memilih program belajar untk mencapai ijasah format untuk memenuhi kebutuhan-jebutuhan jangka pendek yang bersifat praktik

c. terbuka dalam proses belajar mengajar yaitu tidak selalu diselenggarakan di luar ruang kelas secara tatap muka akan tetapi juga media seperti radio

d. terbuka dalam keluar masuk kelas sesuia dengan waktu yang tersedia bagi siswa

e. terbuka dalam pengelolaan sekolah, sekolah dikelola oleh pegawai negeri dan orang-orang yang diperlukan partisipasinya seperti warga dan pimpinan masyarakat, orang tua siswa sera pamong pemerintah setempat.

4. Unversitas terbuka

Universitas terbuka (UT) merupakan lembaga pendidikan tinggi yang menerapkan sitem belajar jarak jauh. Tujuan utamanya adalah meningkatkan partisipasi perguruan tinggi dari 5% menjadi 8,2 %

a. Tujuan dan sasaran

Sebagai suatu institusi pendidikan tinggi. UT bertujuan melaksanakan tridarma perguruan tinggi dengan cara yang lebih terbuka yang melalui sistem belajar jarak-jauh (SBJJ).

Gagasan pemerintah untuk menyelenggarakan UT diselenggarakan kepada keinginan untuk memperluas pendidikan tinggi bagi seluruh masyarakat dan meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan dalam lembaga pendidikan.

b. Pengelolaan unversitas terbuka

Pengelolaan universitas terbuka terdiri dari :

1) Pelaksanaan belajar jarak jauh

Sistem yang diterapkan UT adalah pembelajaran jarak jauh, dimana peserta didik dan pendidik tidak bertatap muka langsung melainkan menggunakan media komunikasi jarak jauh.

2) Hubungan UT dengan perguruan tinggi lainnya.

Walaupun menerapkan sistem pembelajaran jarak jauh, UT juga mempunyai hubungan dengan perguruan tinggi lain guna meningkatkan kualitas di UT tersebut.

3) Calon mahasiswa

Calon mahasiswa UT berasal dari beberapa kalangan.

4) Metode pengajaran

Metode pengajarannya sangat praktis dengan menerapkan pembelajaran jarak jauh.

BAB XII

PERKEMBANGAN INOVASI KURIKULUM DI INDONESIA

A. Kurikulum 1968

Sejarah pendidikan mencatat bahwa pada era orde lama (1950 – 1965) materi pelajaran utama adalah tjuh bahan pokok ( indahtrinasi ) kurikulum secara keseluruhan terus dibenahi hingga lahirlah kurikulum 1968. Kurikulum prtama dalam system pendidikan dinegara RI ini, dikenal dengan kurikulum terurai ( spreated subject curriculum ) karena mata pelajarannya banyak tetapi satu sama lain terpisah – pisah.

B. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 mempunyai cirri – ciri khusus sebagai berikut :

1. Menganut pendekatan yang berorientasi pada tujuan

2. Menganut pendekatan integrasi

3. Menganut pendidikan moral pancasila

4. Menekankan pada efisiensi dan efektifitas penggunaan daya dan waktu yang tersedia

5. Mengharuskan guru untuk menggunakan teknik penyusunan program pengajaran system intruksional ( PPSI )

6. Organisasi pelajaran meliputi bidang – bidang study agama, bahasa, matematika, IPS, kesenian, olahraga dan kesehatan, keterampilan

7. Pendekatan dalam strategi pembelajaran memandang situasi belajar – mengajar

8. Memiliki sitem evaluasi setiap akhir satuan pembelajaran

Dalam menyusun dan membekukan kurikulum tersebut digunakan beberapa prinsip yang memungkinkan system pendidikan pada setiap program ( SD, SMP, SMA ) , benar – benar lebih efektif dan efisien.

1. Prinsip Fleksibilitas Perogram

Yaitu penyelenggaraan pendidikan keterampilan pada setiap program harus mengingat factor – factor ekosistem pemerintah, masyarakat, serta orang tua untuk menyediakan dana bagi kelangsungan bidang study tersebut.

2. Prinsip Efisiensi dan Efektifitas

Yaitu efisiensi dalam penggunaan waktu, pendaya gunaan dana, dan tenaga secara optimal.

3. Prinsip Berorientasi pada tujuan

Kurikulum 1975 mempunyai empat macam tujuan menurut hirarkinya yaitu :

a. Tujuan umun, yaitu tujuan secara menyeluruh

b. Tujuan instisusional, yaitu tujuan melembaga

c. Tujuan kurikuler, yaitu tujuan seluruh komponen kurikulum

d. Tujuan instruksional, yaitu tujuan pembelajaran

4. Prinsip Kontunuitas

GBHN ( Garis - garis Besar Haluan Negara ) menyatakan bahwa pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup.

5. Prinsip Pendidikan Seumur Hidup

Pendidikan yang diterima anak disekolah memberikan dasar bekal untuk belajar seumur hidup , sehingga memungkinkan seseorang meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta mengembangkan potensi – potensi sesuai dengan kebutuhan kehidupannya.

C. Kurikulum 1984

Perbaikan kurikulum ini dilaksanakan sesuai dengan keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 0461. U. 1983 tahun 1983 tanggal 23 Oktober.

1. Latar Belakang

Perbaikan kurikulum ini didasarkan pada lima persoalan pokok yaitu :

a.. Dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

No.IIMPR/1983 tentang Garis – garis Besar Haluan Negara yang dilandasi pancasila UUD 1945

b. Dari hasil pendidikan yang diadakan menunjukan adanya

kesenjangan - kesenjangan program kurikulum dan pelaksanaannya.

c. Penelitian Badan Pengembangan dan penelitian di bidang kurikulum

d. Pengetahuan dan pengalaman dari Negara lain serta keadaan pendidikan

e. Dari segi perkembangan ilmu pengetahuan

2. Landasan Pengembangan

a. Nilai dasar

b. Fakta Empiris

c. Segi teoritis

3. Prinsip Pengembangan

a. Prinsip relevansi

b. Pendekatan pengembangan

c. Perkembangan masyarakat dak IPTEK

d. Guna tercapainya tujuan secara tepat digunakan prinsip efektifitas

4. Kegiatan Kurikulum

a. Ada tiga bentuk kegiatan kulikuler yaitu intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler

b. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan struktur program

c. Kegiatan kokurikuler di luar struktur program

d. Kegiatan ekstrakurikuler terutama diajukan untuk keperluan pembinaan bakat dan prestasi siswa

5. Pendekatan dalam proses belajar mengajar

Proses belajar – mengajar ( PBM ) adalah pendekatan keterampilan proses yang diwujudkan dalam bentuk cara belajar siswa aktif ( CBSA )

6. Sistem penilaian

Pada dasarnya system penilaian dalam kurikulum 1984 bukan hanya menitikberatkan pada penilaian hasil belajar siswa, tetapi diterapkan juga penialain pada proses belajar

7. Sistem kredit

Yang dimaksud dengan kredit adalah ukuran / satuan belajar siswa ditentukan oleh jumlah jam pelajaran tatp muka dan pekerjaan rumah per minggu setiap semester.

D. Kurikulum 1994

Untuk memperbaiki mutu pendidikan selama pemerintah orde baru antara lain dilaksanakannya berbagai upaya perbaikan kurikulum. Dimulai dari kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1987, yang disempurnakan, disederhanakan, dan disesuaikan ( YDS ).

Ciri yang membedakan kurikulum 1994 dengan kurikulum sebelumnya, ada pada pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, memberlakukan kurikulum muatan lokal, serta penyempurnaan tiga kemampuan dasar yaitu : membaca, menulis, menghitung ( 3 M ) yang fungsional dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ri No. 0412/U/1987 tanggal 11 Juli 1987.

BAB XIII

PERKEMBANGAN INOVASI SISTEM

PENYAMPAIAN PENGAJARAN DI INDONESIA

A. Sistem Penyampaian Pengajaran

1. Satuan Pengajaran

Yang dimaksud system penyampaian/pengajaran disini adalah cara melalui materi pengajaran disampaikan/dipelajari oleh mahasiswa untuk mencapai tujuan-tujuan yang di inginkan. Materi pelajaran dapat disampaikan melalui system kelas dan guru seperti yang biasa dilakukan, melalui bahan dan petunjuk-petunjuk tertulis, melalui siaran-siaran yang diselenggarakan secara khusus, dsb.

2. Satuan Pelajaran

Satuan pelajaran adalah program pengajaran mengenai satuan bahasan tertentu yang merupakan satu kegiatan program untuk digunakan oleh guru dalam menyampaikan pengajaran kepada murid/siswa.

a. Kerangka Satuan Pelajaran

Secara konkritnya, kerangka dari setiap satuan pelajaran akan berbentuk sebagai berikut :

Bidang studi : …………………………..

Mata Pelajaran/Sub Bidang Studi : …………………………..

Satuan Bahasa : …………………………..

Semester/Catur Wulan : .......………………………

Waktu : …………………………..

I. Tujuan Pembelajaran Umum

II. Tujuan Pembelajaran Khusus

III. Materi Pelajaran

IV. Kegiatan Belajar Mengajar

V. Alat dan Sumber Pelajaran

VI. Evaluasi

b. Isi Satuan Pelajaran

Uraian yang harus dicantumkan pada setiap bagian dalam satuan pelajaran adalah sebagai berikut :

1) Tujuan Pembelajaran Umum

Tujuan pembelajaran umum yang diambil adalah pencapaiaanya ditunjang oleh satuan bahasaan yang dikembangkan dalam satuan pembelajaran yang bersangkutan.

2) Tujuan Pembelajaran Khusus

Tujuan pembelajaran khusus yang merupakan penjabaran dari dan menunjang pencapaiaan dalam kalimat yang jelas mengembangkan hasil belajar murid yang dapat diukur dengan alat evaluasi.

3) Materi Pelajaran

Pejabaran dalam satuan bahasan dalam bentuk pokok-pokok bahan pelajaran dari perinciannya yang lebih khusus, yang perlu dipelajari murid untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran khusus

4) Kegiatan Belajar Mengajar

a) memperhatikan penjelasan guru tentang adanya keragaman jenis pernafasan pada makhluk hidup

b) membaca bab tentang pernafasan didalam bukunya sebagaimana yang ditugaskan oleh guru, dan mencatat beberapa keterangan yang penting

c) mengadakan Tanya jawab dengan guru mengenai jenis-jenis pernafasan yang baru dibacanya dan seterusnya

5) Alat dan Sumber Pelajaran

6) Evaluasi

Disini pertama-tama dikemukakan prosedur evaluasi yang digunakan dalam satuan pelajaran, yang menjelaskan :

a). apakah digunakan test awal dan test akhir saja

b). jenis test apa yang digunakan (tertulis, lisan, atau perbuatan)

c). kegiatan evaluasi lain apa yang digunakan selama proses prapelajaran

d).

B. Pengajaran Dengan Modul

1. Definisi Modul

Istilah modul dipinjamkan dari dunia tekhnologi. Modul adalah alat ukur yang lengkap. Modul satu kesatuan program yang dapat mengukur tujuan. Modul dapat dipandang sebagai paket program yang disusun dalam bentuk satuan tertentu guna keperluan belajar.

2. Fungsi Modul

Melalui system pengajaran modul sangat dimungkinkan :

a. Adanya peningkatan motivasi belajar secara maksimal

b. Adanya peningkatan kreativitas guru dalam mempersiapkan alat dan diperlukan pelayanan yang lebih mantap

c. Dapatnya mewujudkan prinsif maju berkelanjutan secara tidak terbatas

d. Dapatnya mewujudkan belajar yang lebih berkonsentrasi

3. Ciri-ciri pengajaran Modul

Ciri-ciri pembaharuan melalui system pengajaran modul ini adalah sebagai berikut :

  1. Siswa dapat belajar secara individual
  2. Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus
  3. Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui
  4. Membuka kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan menirut kemampuannya masing-masing
  5. Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruction
  6. Modul memiliki daya informasi pengetahuan yang cukup kuat
  7. Modul memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk berbuat aktif
  8. Modul memilikikekuatan ulang yang cukup tinggi (re-inforcement)
  9. Adanya evaluasi yang kontinu dari setiap paket program

4. Prinsip pengajaran Modul

Prinsip penyusunan modul antara lain ;

a. Modul disusun hendaknya berdasarkan atas PPSI

b. Modul disusun hendaknya berdasarkan tujuan-tujuan intruksional khusus

c. Penyusunan modul harus lengkap

d. Bahasa modul harus menarik

e. Dalam hal-hal tertentu informasi tentang materi pengajaran dilengkapi dengan gambar

f. Modul harus memungkinkan penggunaan multimedia

g. Waktu mengerjakan modul sebaiknya berkisar antara 4-8 jam pelajaran

h. Modul harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa

5. Komponen-komponenm Modul

Komponen modul ada 6 yaitu :

  1. Lembaran petunjuk guru
  2. Lembaran kegiatan siswa
  3. Lembaran kerja siswa, berisiokan tugas-tugas
  4. Kunci jawaban untuk lembaran kerja siswa, berisikan jawaban yang diharapkan tentang tugas-tugas yang dikerjakan murid
  5. Lembaran test
  6. Kunci jawaban untuk lembaran test

C. Paket Belajar

1. Pengertian

Paket belajar mengspesifikasikan pengalaman belajar dalam bentuk penstrukturan KBM yang hanya dengan berbagai variasi, hingga dapat memberikan efek penggiring yang sam efektifnya dengan pencapaiain tujuan-tujuan intruksional

2. Paket Belajar

Mencakup semua bahan, alat dan cara yang tertera secara sistematis yang memungkinkan siswa belajar baik dengan bantuan ataupun tanpa bantuan guru dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Secara fisik paket belajar dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

Bagian I : Petunjuk dari guru untuk siswa mengandung komponen-komponen sebagai berikut :

a. rasional

b. tujuan

c. prasyarat

d. bahan/ media/ sumber

e. K. B. M

Bagian II : Petunjuk khusus untuk guru :

a. rangkuman K. B. M

b. rasional struktur kegiatan

c. petunjuk pelaksanaan khusus

d. petunjuk yang mencakup :

1). Prosedur, jenis dan alat pemakaian

2). Rasional prosedur penilaian

3). Test

4). Kunci

5). Cara menilai

6). Kriteria pencapaian

Bagian III : Bahan, media atau sumber yang memuat segala bahan/media/sumber terutama dalam bentuk cetakan, dalam bentuk larutan petunjuk temapt penyimpanannya

a. Bahan atau materi yang dipelajari

b. Llembaran panduan

c. Diagram/ gambar-gambar

d. Lembaran observasi dan lain-lain

3. Fungsi Paket Belajar Dalam KBM

a. memberikanpetunjuk yang jelas bagi guru dalam mengelola KBM

b. menyediakan bahan yang lengkap yang diperlukan dalam KBM

c. merupakan media penghubung antara guru dan siswa

d. dapat dipakaioleh siswa sendiri dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan

e. dapat dipakai sebagai program perbaikan dengan variasi kegiatan lain

4. Dasar-dasar Pengembangan Paket Belajar

a. CBSA : Yang menuntut keterlibatan siswa yang optimal serta strategi belajar mengajar yang bervariasi

b. PGBK : Komponen yang akan dicapai yang diketahuai siswa dan guru dan memperhatikan perbedaan individual

c. PSB : Menyediakan berbagai media dan fasilitas lengkap,pengembangan sama dengan PPSI bedanya adanya alternative KBM untuk mencapai tujuan.

5. Cara Menggunakan Paket Belajar :

Merencanakan penggunaan paket belajar guru harus :

a. waktu yang tepat

b. Mengkaji dan memakai setiap komponen paket belajar

c. Memahami petunjuk pelaksanaan kegiatan

d. Memeriksa secara KBM

e. Berkatih mencoba semua kegiatan

f. Menyiapkan bahan pegangan (berupa tugas tambahan)

g. Merencanakan Menyusun rencana

6. Penilaian Paket Belajar

a. Penilaian Input, sebelum paket yang ditetapkan didalam kelas yang dinilai oleh tim pengembangan, guru, administrator.

b. Penilaian Proses.

7. Cara Belajar Siswa Aktif

Prinsip yang dimaksud dengan cara belajar siswa aktif adalah aktifitas pelajar sendiri (self activity), diman pola atau system penggunaan iklim kegiatan belajar siswa, tinggi dan aktif serta berhasil dengan baik secara tuntas. Cara belajar yang menurut keaktifan siswa dalam belajar serta yang di imbangi oleh kegiatan guru dalam proses belajar mengajar tersebut. Maka konsep inilah yang dinamkan ‘ Cara Belajar Siswa Aktif” atau “Student Active Learning”. Komponen-komponen yang dapat menciptakan CBSA adalah sebagai berikut :

a. Komponen Bahan Pelajaran

Upaya memprogram suatu bahan pengajaran yang akan disajikan kepada para siswa yang mendukung lahirnya CBSA, ialah:

1) Bahan pelajaran merupakan kebulatan dari konsep yang deprogram

2) Mencakup multi dimensi, jika diukur dari sudut waktu, ruang dan tujuan (sasarannya)

3) Pengorganisasian dan pengembangan bahan

b. Komponen Siswa

Siswa tidak harus diperlakukan tidak hanya sebagai objek, tapi juga sebagai subjek dimana seluruh potensi yang ada dalam diri siswa dapat digunakan atau dikembangkan, baik dari bahan pelajaran, guru, media,sarana kelas, kawan-kawan sebaya dan yang lainnya.

Menurut Neil fesrman (1979), siswa yang baik itu memiliki sifat:

1) Menyenangi pemecahan masalah (problem solving)

2) Selalu berusaha menjawab pertanyaan

3) Dapat menentukan apa yang berguna dan tidak berguna

4) Senang akan/untuk mengeluarkan pendapatnya.

5) Tidak takut salah

6) Mau mengubah pendapat/ pendiriannya (bilakeliru/kurang benar)

7) Tidak tergesa-gesa dalam memberikan jawaban

8) Dalam memberikan jawabannya bersifat luwes

9) Menghargai fakta dan peryataan- pernyataan yang benar

10) Tampil dalam menentukan keputusan

c. Komponen Guru

Sedangkan bentuk pelaksanaan CMCA atau peranan guru yang diharapkan dalam CBSA tersebut adalah :

1) Sebagai programmer yang aktif dan kreatif

2) Sebagai pelaksana yang dinamis suka menolong dan bersikap bersahabat

3) Sebagai motivator dan pendorong semangat

4) Sebagai pemberi penjelasan dan pengarah

5) Sebagai penanya yang terarah

6) Sebagai pemberi hadiah (rewarder) yang superlif dan objektif

7) Sebagai pengambil keputusan yang bijaksana

8) Sebagai meneger yang bijaksana

9) Sebagai evaluator yang baik, mampu dan terlatih

10) Sebagai peneliti yang mampu memanfaatkan hasilnya untuk keberhasilan pelajarannya

11) Sebagai fasilitator yang fungsional.

d. Komponen Evaluasi

Pemakain teknik evaluasi tradisional,tidak dapat menghasilkan CBSA yang berkadar tinggi. Guru hendaknya memakai teknik penilain yang beragam.

Tidak hanya menggunakan tes objektif saja, tetapi juga dengan memakai cara tes, misalnya tes lisan, tertulis, observasi, laporan dan sebagainya.

Berikut ini dikemukakan pula bentuk dari Cara Belajar Siswa Aktif yang (CBSA) yaitu :

Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dengan multi metode yang berkadar rendah :

1) Membaca buku teks

2) Mendengarkan kaset

3) Mengikuti ceramah

Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang berkadar tinggi, yaitu :

1) Studi kepustakaan buku sumber dan buku teks

2) Studi kelompok klasikal

3) Menyusun laporan hasil diskusi dan menyimpulkan pendapat

Komponen-komponen yang dapat menciptakan CBSA :

1) Komponen bahan pelajaran

2) Komponen siswa

3) Komponen guru

4) Komponen media

5) Komponen evaluasi

e. Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagi wawasan atau anutan pengembangan kleterampilan-keterampilan intelektual, social, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada pada diri siswa. Ada berbagai keterampilan dan keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skills), dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrate skills).

Lebih lanjut Funk (1985) mengungkapkan bahwa :

1) Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengetian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan, siswa dapat mengalami rangsangan ilmu dan dapat lebih mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.

2) Mengajar dengan keterampilan proses dan berarti memberi kesempatan kepada siswa bekeja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan criteria tentang ilmu pengetahuan. Disisi lain siswa merasa bahagia sebab mereka aktif dan tidak menjadi sibelajar yang pasif.

3) Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari urain tentang pendekatan keterampilan proses ini adalah :

1) Pendekatan keterampilan proses sebagai wahana penemuan dan pengembangan fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa

2) Fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dakembangkan siswa berperan pula menunjang pengembangan keterampilan proses dari siswa.

f. Komputer

Menurut buku computer annual (Robert H.Blissmer) : Komputer adalah suatu alat elektronik yang mampu melakukan beberapa tugas sebagai berikut :

1) Menerima Input

2) Memproses input sesuai dengan programnya

3) Menyimpan perintah-perintah dan hasil dari pengelolahan

4) Menyediakan output dalam bentuk informasi

Selanjutnya dalam buku Computer Today (Donald H. Sandars) :

Komputer adalah system elektronik untuk memanifulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang dan diorganisasaikan supaya secvara otomatis meneriam dan menyimpan data input, memprosesnya, dan menghasilkan output dibawah pengawasan suatu langkah-langkahintruksi-intruksi program yang tersimpan dalam memori (stored program). Menurut buku Computer Organization (V.c Hamaekun Z. g Vranesic S. G Zaky) Komputer adalah mesin penghitung elektronik yang dapat menerima informasi input digital, memprosesnya sesuai dengan suatu program yang tersimpan di memorinya dan menghasilkan output informasi. Kemudian dalam buku Introductiaon To The Computer. The Tool Qf bussines (William M. Fuori) Komputer adalah suatu pemproses data yaitu dapat melakukan perhitungan yang besar dan cepat termasuk perhitngan aritmatika yang besar danoperasi logika, tanpa campur tangan dari mabusia yang mengoprasikan selama pemprosesan. Menurut buku Intriduction To Computer (Gordon B. Davis) Komputer adalah tipe khusus alat penghitung yang mempunyai sifat tertentu yang pasti.

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komputer adalah :

1) Alat elektronik

2) Dapat menerima input data

3) Dapat mengelola data

4) Dapat memberikan Informasi

5) Menggunakan suatu program yang tersimpan dimemori computer

6) Dapat menyimpan program dan hasil pengelolahan

7) Bekerja secara otomatis.

DAFTAR PUSTAKA

Diktat.2003.Inovasi Pendidikan.Universitas Baturaja

http://srihendrawati.blogspot.com/2009/11/proses-keputusan-inovasi.html

http://www.scribd.com/doc/20271690/difusi

http://osamargana.blogspot.com/2009/09/konsekuensi-inovasi.html

http://kesadaransejarah.blogspot.com/2007/11/kurikulum-pendidikan-kita.html

Ibrahim.1988.Inovasi Pendidikan.Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Purwanto.2000.Difusi Inovasi.Jakarta:CV.Sari Makarti Jaya

1 komentar: